Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Menjemput Sunrise #2

“Ya, tya bangun. Ayo bangun” Kata Tutu, temanku yang duduk di sampingku. Tutu terus mengguncang-guncangkan badanku. Aku malas sekali untuk bangun pagi ini. Badanku masih pegal semua. Sesaat kemudian, Tutu tidak mengguncang-guncangkan tubuhku lagi. Mungkin ia terlampau kesal untuk membangunkanku.           Walaupun mataku masih terpejam, aku masih bisa mendengarkan suasana dalam bus. Aku mendengar temanku lewat di sampingku. Ramai. Namun, kali ini suasana bus sepi. Aku penasaran. Perlahan-lahan ku buka mataku. Benar, tak ada seorangpun yang menemaniku di dalam bus. Ini gila, aku ditinggal dalam bus. Sendirian pula. Benar-benar tega. Aku langsung turun dari bus.           Kali ini, aku benar-benar tak percaya. Aku mencubit pipiku sendiri. Sakit, ini bukan mimpi. Ini bukan mimpi. Bus sudah sampai di Tanah Lot. Tujuan pertama wisata kami di Pulau Bali. Suasana masih gelap, namun tak segelap saat bus berhenti di depan masjid. Aku kembali bersemangat. Suasana pagi ini begitu menyena

Menjemput Sunrise #1

Aku terbangun dari tidur lelapku setelah suasana di dalam bus semakin ramai. Dengan mata setengah terbuka aku menengok keadaan sekitarku. Temanku yang ada di dalam bus kini hanya tinggal beberapa orang. Aku menengok keluar. Masjid. Iya, pagi buta ini bus kami berhenti di depan masjid di tepi jalan raya. Segera kuambil mukena dalam tasku lalu keluar dari bus. Brrrr, hawa dingin pagi ini semakin merasuk kulit lalu menembus tulangku. Membuatku semakin yakin tak akan lama berpisah dengan jaketku. ... Setelah selesai menunaikan Shalat Shubuh, aku kembali dalam bus. Dengan gerakan secepat kilat selimut berwarna biru ini telah menutupi tubuhku, kecuali wajah. Mesin bus sejak beberapa menit yang lalu dinyalakan. Namun, pak sopir enggan menginjak tuas gas. Rupanya, pak sopir menunggu penumpangnya lengkap terlebih dahulu.           “Good morning!!! Ya, kita telah sampai di Pulau Bali. Sudah shalat Shubuh semua kan?” Ketua biro perjalanan kami mulai menyambut ketika kami tiba di Pulau Bali

Harap Tenang, Ujian Sedang Berlangsung

Hari ini, tanggal 28 Mei 2015. Beberapa hari lagi sudah memasuki Bulan Juni. Apa artinya? Kenaikan kelas sudah di depan mata. Sementara ini, aku sudah menempuh empat hari Ulangan Kenaikan Kelas dan 8 mata pelajaran. Pagi ini kami, kelas XI benar-benar shock berat. Bukan karena pulang pagi, bukan. Pulang pagi bagi kami, anak putih abu-abu yang spesial adalah mitos. Iya, mitos. Mata pelajaran yang diujikan untuk pukul 07.30-09.30 WIB adalah Kimia Fisika. Suatu momok bagi kelas XI. Sebentar, aku tak mau menganggap sebuah mata pelajaran itu sulit, sulit dipahamilah, hantulah aku tak mau. Nanti, kalau fikiran negatif itu sedikit demi sedikit menjadi monster mental bagaimana? Yang jelas, aku tak mau itu terjadi padaku. Fokus, cintai pelajarannya, pahami dengan hati gembira semua rumus. Iya, rumus yang banyak. Aku lupa menghitung jumlahnya. Aku tersenyum ketika melihat soal nomor satu hingga sepuluh. Ini pelajaran paling awal dan mudah. Aku terus membaca soal dari nomor sebelas hingga

Senja, Bawa Ia Kembali #3

Semilir angin berkata. Kini, wajah lesu berbaur aura sendu tak lagi kau tampakkan.   Selepas beranjak dari motor, kau selalu tak absen dengan kata bercerita kepadaku. Kau bercerita segala hal yang ingin dibagi denganku. Aku heran. Kau selalu mempunyai materi untuk dibagi denganku. Dimulai dari bangun kesiangan, tak sengaja tertempel ulat bulu, dihadang gerombolan anak kecil sampai kau teriak histeris tak karuan karena kecoa melintas di hadapmu. Aku, tak pernah lupa ekspresimu waktu itu kawan. Kau selalu bersemangat tiap bercerita kepadaku. Apapun cerita itu. Air muka yang kesal, bibir yang hampir menyentuh 10cm, wajah yang padam, kaki yang terhentak,   tangan yang mengepal dalam-dalam lalu kau bebaskan ke udara. Semuanya ada, lengkap. Ada kalanya kau terdiam. Tertunduk lesu. Menggigit-gigit bibir. Air mata yang mulai menggenang, lalu kau menarik nafas dalam-dalam. Memeluk erat kedua kakimu lalu kau membisu. Seketika meledak dengan tawa yang terkekeh-kekeh tanpa alasan. Aku heran