Senin, 01 Agustus 2022
Entah kenapa pagi ini aku selalu kena lampu merah di ringroad. Padahal kalau kedapatan lampu hijau trus melaju dengan kecepatan konstan sekitar 55-60 km/jam maka probabilitas dapat lampu hijau di lampu lalu lintas selanjutnya lebih dari 75%. Tapi pagi ini aku kebagian yang 25%. Hufttt.
Sesampainya di ringroad Banguntapan aku mengikuti dari belakang seorang bapak-bapak untuk menyelinap diantara kendaraan mobil. Ringroad Banguntapan ini memiliki sebutan lain seperti Ringroad Ngipik dan Ringroad Karangturi. Setelah di belakang bapak-bapak ini, aku mengamati beliau dari spionnya. Sedetik dua detik, tiga detik. Kok kayak kenal. Mencoba mengamati sekali lagi. Sandalnya, style sarungnya, jaket hitamnya. Gubrakkkk.
Pertemuan dengan beliau yang dulunya guru SDku ini sangat langka sekali. Apalagi pertemuan random di jalan. Probabilitas satu dibanding dengan sejuta. Beliau sangat sibuk dengan menjadi salah satu Imam di Masjid Agung Sleman, dosen, juri tahfidz kabupaten maupun provinsi, khataman, dan masih banyak yang lainnya. Ternyata aku mendapatkan kesempatan kemungkinan yang satu itu.
Lampu hijau menyala. Beliau belok ke kanan. Arah yang sama denganku. Aku kemudian menyelip mobil yang menghalangi, kemudian menjejeri beliau. Ku panggil nama beliau.
"Loh siapa ini?" Tanya beliau karena beliau tidak mengenaliku yang memakai masker.
"Tya, Pak." Jawabku singkat.
"Oalah Tya. Awas mobil."
Kami kemudian menepi.
"Kembaranmu dimana?"
"Bobok Pak hehe."
"Uwes lulus kuliah?"
"Sampun Pak."
"Lha sekarang sibuk apa?"
"Belajar digital marketing Pak."
"Loh kok nggak kerja?"
"Udah pernah pak jadi asdos. Kok nggak pakai mobil Pak?"
"Nek nggo mobil engko aku ra ketemu sampean"
Aku ketawa di pinggir jalan mendengar jawaban beliau.
"Loh berarti akdewe jodo to iso ketemu nang dalan"
Aku cuma mengangguk saja.
"Nomere sampean masih yang lama?"
"Iya pak."
"Ilang je nomermu."
Kemudian aku mengeluarkan hape.
"Kosong delapan satu dua...."
Beliau mendiktekan nomor cantiknya. Aku sampai tidak percaya karena nomor ini sangat mudah dihafal karena saking cantiknya.
Kemudian beliau memberi nasihat.
Beliau menyalakan motor tanda perjalanan mau dilanjutkan kembali. Tak disangka beliau bertanya pertanyaan pamungkas di pagi yang cerah ini.
"Lha ameh nikah ora? Opo tak golekne?"
Duarrrrr.
***
Sehari setelahnya beliau mengirimiku video lewat whatsapp.
Terlihat beliau habis khataman quran dengan rekan-rekannya. Khataman tanpa membuka lembaran mushaf quran.
Terlihat di video ada seorang mas-mas memakai kaos hitam dibalut jas hitam dengan sarung dan peci sebagai pelengkapnya sedang bermain hape. Mas-mas tersebut wajahnya mengarah ke kamera.
"Gelem ra karo iki Dek. Iki jomblo iki Dek."
Mas-mas yang divideo kemudian menghalangi sebagian kamera dengan telapak tangan kirinya.
"Nggantheng iki. Gelem ra?"
Mana mas yang di video cuma ketawa doang.
Dua serangan yang tidak terduga, membuatku mati kutu tanpa bisa menangkisnya.
Bantul, 04 Agustus 2022
10:05 WIB
Acieee...cieee. ikut senyum-senyum bacanya, wqwqwq. Ini fiksi atau berdasarkan kisah nyata, nih? Uhuiii
BalasHapusemmm fiksi apa kisah nyata yak ini :D
HapusDuh kutunggu jawabanmu dek?? gelem po ra.. bismillah, semoga gelem yo Dek #uhuy
BalasHapuswahahhaaha tipe yang langsung gas ini mah :D
Hapus(pertemuan yang tidak sengaja) yang membuat bibir memerah semu, antara malu, senang, dan ingin bertemu langsung dan lagi...ciee. Ayo Semangat Kak Tya
BalasHapusini semangat terus kak yonal :D
HapusAduh, kayaknya jadi salting atau enggak susah tidur semalaman. Tapi, diterima aja yuk. Mana tahu beneran jodoh yakannn.
BalasHapuswaduwwww, gimana yah hihi
HapusDitunggu part 2 nya ni. Berlanjut sampai mana perkenalannya? Hihi.. Btw, salam dari warga Gamping Sleman yg lagi merantau jauh, Dik.. 😂
BalasHapusloh ternyata kita tetanggaan mba :D
Hapusah cakep banget nih plot nya, bikin penasaran deh kelanjutannya :) cerita sederhana tapi jadi menarik ya kalau pilihan katanya pas buat menggambarkan
BalasHapusplot yang membagongkan ini kak :D
HapusDitunggu kelanjutan ceritanya dengan mas-mas yang tersenyum di video. Apakah mungkin hari Minggu ini sudah ketemuan atau kah masih tersenyum sendiri mengingat pertemuan yang tidak disengaja tersebut?
BalasHapusWahaha ini kenapa pembacanya juga ikut senyum juga :D
HapusAmeh tu apa ya artinya? Jowo ngendi to Mbak? Aku tak paham sebagai wong Malangan eks Suroboyoan hihi.
BalasHapusPertanyaan yang ngga banget itu hahaha...sebel juga saya yang baca...padahal ngga ditanya wkwkwk
ameh itu mau mba sil, misal ameh ke pasar artinya mau ke pasar
Hapusowalaa hihi, pantes kok ngga tau :D
aku Jowo Bantul, Jogja mba ehe
mba sil juga ikut emosi ini mah ceritanya wkwk
kayanya pengalaman pribadi ya mba? wkwkwkw uhuk. pertemuan yang tak terduga membawa pada kejadian yang tak terduga pula eak
BalasHapuswkwkwk eaakkkk mba jihan :D
HapusSeru. Gak terasa ceritanya udah selesai. Ditunggu sambungannya ka
BalasHapuswaduww aku bingung mau nulis apalagi soalnya udah habis wkkw
HapusSukaaaa sama ceritanya.. Kali ini bikin senyum-senyum bacanya.
BalasHapuswkwk senyum salting yak bacanya :D
HapusDitunggu part duanya ya, Kak. Penasaran sama endingnya, kata-kata yg disajikan juga enak, mengalir
BalasHapuswadawww :D
HapusAsik sekali tulisannya, mengalir dan ga terasa dah habis, lanjutkan, Kak. Tulisannya ringan, khas, apalagi dengan percakapan dengan bahasa daerah meskipun pendek-pendek. Sepertinya, lanjutannya. Jangan-jangan itu anaknya Pak Dosen.
BalasHapusternyata bukan anaknya pak dosen :D
Hapus