Langsung ke konten utama

Ilusi Pusing


Pagi itu hari Senin. Langit Jogja cerah kali ini. Tidak ada gumpalan awan yang mengabu maupun menghitam. Jalanan pagi ini sangat kering. Orang-orang sedang sibuk mengendarai kendaraan masing-masing menuju tujuannya.

Tiba di lampu merah aku merasakan hal yang aneh. Banku rasanya tidak seperti biasanya. Aku mengehela napas perlahan. Apa jangan-jangan bocor lagi ya. Haduh. Mana posisi baru mau berangkat. Akankah mengulang perjalanan kemarin. Ban bocor dan telat setengah jam lebih lamanya.

Kemarin Sabtu menjadi hari paling memorable bagiku. Seumur hidup aku baru pertama kali ke bengkel untuk menambal ban. Jackpotnya sehari itu aku malah dua kali menambal ban belakangku. Wah benar-benar hari apes nggak ada di kalender. Haruskah aku ketiga kalinya untuk menambal banku?

Lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau. Aku mulai ngegas motor perlahan.

“Kannn. Semakin aneh rasanya.”

Aku yang pusing atau bannya yang bermasalah lagi. Aku mulai memelankan laju motorku sambil melihat ban depan. Enggak kempes. Jangan-jangan ban belakang yang kempes. Aku kemudian menepikan motorku di tambal ban pinggir jalan.



“Kenapa Mbak?” Tanya salah seorang bapak-bapak. Ada tiga orang bapak-bapak disitu. Dua orang sebagai teknisi dan satu orang sedang menunggu motor yang sedang diperbaiki.

“Bannya agak aneh Pak.” Jawabku singkat.

Seorang bapak-bapak kemudian mengambil alih motorku. Aku hanya berdiri dengan helm masih menempel di kepala. Motorku kemudian distandarkan dua. Bapak-bapak kemudian memencet ban belakang dan ban depan.

“Enggak papa ini Mbak.”

“Tadi agak aneh pak rasanya.”

Bapak-bapak yang sedang memperbaiki motor kemudian menyahut.

“Jalannya nggak rata juga bisa Mbak. Jadi rasanya agak aneh saat kita mengendarai motornya.”

Bapak-bapak yang sedang duduk menunggu motornya kemudian berseloroh.

“Mbaknya cuma pengen mampir karena banyak orang disini.” Ucapnya sambil meledekku dengan tawanya.

Aku hanya tertawa.

“Soalnya kemarin bannya bocor dua kali dalam sehari Pak. Jadinya agak takut kalau bocor lagi dan jauh dari tambal ban.” Jawabku sambil ketawa.

“Nggakpapa ini Mbak motornya.”

Aku lalu mengucapkan terimakasih dan melanjutkan perjalanan sambil ketawa.

 

Bantul, 30 November 2022

14:28 WIB

Komentar

  1. Kalau abis ngalamin ban bocor emang kadang saya juga gitu Kak Tya, suka masih merasa goyang motornya, takut masih bocor, takut terjadi apa-apa, eh padahal cuma perasaan kita doang, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ternyata banyak yang mengalami kek gitu ya wkwk, akhirnya banyak temennya wkkw

      Hapus
  2. Emang masalah motor suka bikin was-was sih, apalagi kalau habis bocor bannya. Tapi, alhamdulillah tetap aman ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan cuma dia aja yang ternyata bikin was-was, motor juga wkwk

      Hapus
  3. Jangan-jangan kak Tya sedang mengalami darah rendah ya?

    BalasHapus
  4. yang bikin deg degan kalau ban bocornya di tempat yang sepi, sampai susah nyari tukang tambah bannya kak..

    BalasHapus
  5. Kita tuh kadang emang suka sekocak itu, mengandalkan perasaan, berasumsi dari perasaan terus memvalidasi tanpa kepastian akhirnya suka zonkk wkwk

    BalasHapus
  6. Hahaha suka ada lucunya gitu ya kehidupan

    BalasHapus
  7. HAahahah kok kayak pernah mengalami hal kayak gini yah wkwk, terlalu bawa perasaan sampe auk aahh semua rencana gagal hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. next time ku imbangi dengan akal sepertinya mba jihan ehehe

      Hapus

Posting Komentar