Langsung ke konten utama

Penguatan Ekonomi Lokal di Kulon Progo




Kulon Progo, adalah salah satu kabupaten di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Kulon Progo merupakan kabupaten yang terletak di paling barat wilayah DIY dengan luas wilayah 58.627 Ha, Terdiri Dari 12 Kecamatan, 1 Kalurahan, 87 Desa, Dan 937 Dusun. Kulon Progo terkenal juga dengan sector pariwisatanya. Pariwisata yang terkenal adalah Taman Sungai Mudal, Kalibiru, Puncak Suroloyo, dan lain-lain.

Kulon Progo dipimpin oleh seorang Bupati bernama dr. Hasto Wardoyo, SPoG (K) kelahiran Kulon Progo, 30 Juli 1964. dr. Hasto memiliki banyak penghargaan seperti Lencana Keteladanan Bhakti Husana, Wira Karya Lencana, dan masih banyak lagi.  dr. Hasto juga pernah mendapat penghargaan bupati/ walikota berprestasi sebagai 10 besar bupati terbaik se-Indonesi (2016). dr. Hasto bersama pemerintah Kabupaten Kulon Progo berkomitmen terhadap pembangunan yang berorientasi pada kepentingan, kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat.

Gerakan Bela Beli Kulon Progo merupakan salah satu strategi penguatan ekonomi lokal. Dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan diantaranya:

  1. Motif batik khas Kulon Progo (motif gebleg renteng)
    Salah satu kerajinan yang telah mengakar kuat adalah batik, namun penghasilan dari usaha membatik belum bisa mengangkat kesejahteraan keluarganya. Maka, pemerintah mengambil kebijakan :
    a.         Sebagai pemakai batik motif gebleg renteng yang paling awal memberi contoh adalah 8000 pegawai dan 4000 perangkat desa, kemudian menyusul 80.000 siswa dari SD hingga SMA di Kabupaten Kulon Progo. Pemakaian batik ditentukan setiap hari Kamis. Motifnya sama yakni motif gebleg renteng namun warna berbeda, untuk SD warna dasar merah, SMP warna dasar biru, SMA warna abu-abu, sedangkan untuk PNS dan perangkat desa warna boleh berbeda namun sama untuk per SKPD atau per desanya.
    b. Batik motif gebleg renteng tidak boleh diproduksi di luar Kulon Progo, cara memproduksinya pun hanya boleh dengan batik tulis, cap, kombinasi tulis dan cap, serta tidak diperbolehkan untuk printing.
    c. Guna menghindari monopoli dan dalam upaya pemerataan pendapatan, maka pemesanan batik dari SKPD (PNS), Pemerintah Desa (Perangkat Desa) maupun sekolah dilakukan melaui asosiasi/koperasi batik, sehingga bisa dilakukan pengawasan dan pengecekan baik oleh pemerintah maupun oleh asosiasi/koperasi.

  2.  Desentraslisasi Beras Miskin (Raskin) menjadi Beras Daerah (Rasda)
    Melihat surplus produksi beras lokal di Kulon Progo, maka ada inisiatif untuk mensuplai program beras miskin menggunakan beras lokal Kulon Progo yang selanjutnya di sebut Beras Daerah (Rasda).
    Program Rasda memberikan multiplier effect berupa jaminan peningkatan kualitas beras yang diinginkan, kepastian harga produksi padi sesuai dengan HPP, dan meningkatkan jam kerja petani dalam mengolah hasil produksi. Putaran uang di perdesaan dari Bulog akan mengembangkan ekonomi lokal, sehingga meningkatkan pendapatan petani dan menurunkan angka kemiskinan.

  3.  Beras PNS
    Kebijakan beras PNS dihimbau untuk dapat membeli beras “SEHAT” Kulon Progo minimal 10kg/orang setiap bulan. Program beras PNS juga menegaskan bahwa PNS harus memberikan contoh untuk mencintai dan memakai produk lokal. Putaran uang di pedesaan dari PNS akan mengembangkan ekonomi lokal, sehingga meningkatkan pendapatan petani dan menurunkan angka kemiskinan.

  4.  Air-Ku
    PDAM Tirta Binangun sebagai salah satu BUMD Kulon Progo telah memproduksi air mineral dalam kemasan bernama “Air-Ku” dimana bahan bakunya berasal dari mata air asli Kulon Progo.

  5.  “Senkudaya” dan “Tomira”
    Pemkab Kulon Progo mendorong adanya sentra kulakan dimana sebanyak mungkin rakyat sebagai pelaku dan menguasai produksi yang di beri nama “Senkudaya” (Sentra Kulakan Warung Pemberdayaan Keluarga). Senkudaya membuka jejaring dengan warung-warung kecil di desa-desa dengan pemilik warung kecil khusus keluarga miskin.
    Pemkab Kulon Progo juga mencanangkan Tomira (Toko Milik Rakyat) yang merupakan kerjasama dan kemitraan antara PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
  6.  Batu Andesit
    Potensi batu andesit di Kulon Progo memang sangat besar. Pemkab Kulon Progo telah menghimbau kepada rekanan/penyedia barang dan jasa proyek yang dibiayai oleh APD Kabupaten Kulon Progo agar menggunakan batu andesit Kulon Progo.
  7.  Widya Wisata (Wisata Pendidikan)
    Widya wisata dapat diartikan sebagai kegiatan perjalanan ke luar dalam rangka kunjungan studi. Kunjungan dimaksud dalam rangka untuk menambah ilmu pengetahuan. Widya wisata lebih di fokuskan pada anak kelas IV SD.
    Gerakan Bela Beli Kulon Progo mengajak masyarakat untuk lebih mencintai produk lokal. Namun, mencintai produk lokal belum sampai ke sanubari. Dengan Bela Beli Kulon Progo maka, tunjukkan bahwa kita memang cinta produk lokal, cinta Indonesia.

Sumber:

dr. Hasto Wardoyo, SPoG (K) dkk. 2016. Jurnal Ombudsman Daerah. Yogyakarta: LO DIY

#onedayonepost

#nonfiksi

#artikelviral


Komentar