Langsung ke konten utama

Dua “Supermoon” di Januari 2018




            Supermoon adalah istilah popular untuk menyebut purnama yang bertepatan dengan bulan yang mencapai jarak terdekat bulan dengan bumi.

Orbit yang mengelilingi bumi sendiri bukan berupa lingkaran, melainkan bentuk oval. Artinya, jarak bulan ke bumi bervariasi, kadang mencapai titik terdekat (perigee) dan kali lain berada di titik terjauh (apogee).

Kapan waktu yang terbaik untuk menikmati supermoon? Yakni beberapa menit setelah matahari terbenam. Saat itu, efek optik yang disebut dengan ilusi bulan akan membuat supermoon tampil jauh lebih besar dan lebih cerah daripada biasanya.

Supermoon juga bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, jika menggunakan alat optik seperti teleskop, lensa tele, ataupun teropong akan terlihat lebih besar permukaan bulan.

Di bulan Januari 2018, masyarakat Indonesia berkesempatan untuk melihat supermoon sebanyak dua kali fase. Fase pertama terjadi awal tahun pada Januari 2018. Sementara itu, fase purnama berikutnya terjadi pada tanggal 30 dan 31 Januari 2018. Pembuka dan penutup bulan Januari yang indah bukan?

Sayangnya, pada tanggal 2 Januari, fenomena supermoon tidak bisa dilihat karena bulan sudah terbenam di wilayah Indonesia.

Sementara itu, fase supermoon berikutnya akan dimulai pada 30 Januari 2018 pukul 16:56 WIB. Jarak bulan dan bumi terpaut 2 km dari sebelumnya. Kejadian supermoon di akhir Januari ini adalah hal yang paling ditunggu-tunggu? Kenapa? Karena fenomena supermoon akan disertai dengan gerhana bulan total. Gerhana yang diperkirakan terjadi dari awal malam hingga tengah malam.

Banyak orang mengaitkan kejadian suatu hal dengan kejadian lainnya seperti mengaitkan kejadian supermoon dengan mitos-mitos yang ada. Berikut adalah tujuh fakta terkait seputar fenomena supermoon 2018.

  1. Supermon tidak akan menghancurkan bumi
    Terlepas dari klaim beberapa orang di seluruh dunia, supermoon tidak akan membuat bumi hancur. NASA menjelaskan, fenomena ini biasa terjadi karena bulan tepat berada pada orbit elips dalam posisi terdekat sehingga tidak akan keluar dari orbitnya dan merusak bumi. Semua planet memiliki orbit nya masing-masing sehingga tidak akan menabrak satu dengan yang lainnya.
  2. Supermoon tidak akan menimbulkan kegilaan
    Studi menunjukkan bahwa bulan purnama apapun tidak mempengaruhi perilaku manusia. Seperti mitos pada umunya. Bulan purnama super tidak akan menyebabkan lebih banyak orang masuk rumah sakit jiwa, gangguan kejiwaan, pembunuhan, atau kejahatan lainnya.
    Mengutip Live Sciences, sebuah penelitian pada tahun 2010 yang menggunakan data kepolisian, astronomi, dan cuaca dari San Antonio, Texas, tidak menemukan kaitan bahwa fase bulan yang mempengaruhi jumlah kejahatan yang dilaporkan ke polisi. Penelitian ini di publikasikan di Journal of Criminal Case.
  3. Tidak semua supermoon ukurannya sama
    Perigee antara bumi dan bulan dapat bervariasi sebesar diameter bumi pada bulan tertentu. Meskipun angkanya terlihat lebih besar, rata-rata jarak bulan sekitar 30 kali diameter bumi.
    Tak hanya itu, gravitasi matahari juga dapat menarik bumi dan bulan ke arah yang lebih dekat, sehingga menyebabkan variasi orbital.
  4. Supermoon tampak lebih besar pada musim dingin
    Bulan purnama super ini bisa terlihat lebih besar pada musim dingin. Bumi paling dekat dengan matahari pada bulan Desember setiap tahun, yang berarti bahwa gravitas bintang akan menarik bulan lebih dekat ke planet ini. Karena efek ini, supermoon terbesar terjadi di musim dingin.
  5. Supermoon tak akan banyak mempengaruhi gelombang laut
    Supermoon dapat sedikit mengubah pasang surut air laut, tapi jelas tidak akan menyebabkan bencana alam, kata para ahli.
  6. Supermoon akan semakin kecil
    Bulan purnama super ini akan mengecil di masa mendatang karena bulan perlahan mendorong dirinya keluar dari orbit bumi. Dengan kata lain, bulan bergerak 3,8cm lebih jauh dari bumi setiap tahunnya.
  7. Supermoon terjadi setiap tahun
    Supermoon terjadi setiap tahun dan dapat dilihat dari belahan utara dan selatan. NASA mencatat, fenomena langka ini terjadi dua kali pada 2018: 1 Januari dan 31 Januari.

Sumber :

kompas.com

Cnnindonesia.com

Tirto.id

#onedayonepost

#nonfiksi

#artikelviral


Komentar