Langsung ke konten utama

Rasa

Aku pernah naik darah dengan seorang anak  di masjid kami. Lalu, ku diskusikan dengan adikku. Hal apa sih sebenarnya yang membuat kami marah, sebel, atau rasa sejenisnya. Temen-temen remaja masjid pun sama. Mereka juga naik darah. Tiap kali aku diskusi dengan adikku. Buntu adalah jawaban akhirnya.
Tak pernah bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hal atau tingkah apa sih yang sebenarnya membuat anak yang satu itu selalu salah di mata kami. Kalau aku marah, aku hanya diam menahan emosi. Tapi, suatu ketika saat ada masanya perempuan menjadi singa yang tidak bisa di senggol sedikitpun, aku memilih pergi.
Anak itu kayaknya biasa saja. Tapi, ada saja hal yang selalu berhasil membuat kami naik darah. Lalu memilih pergi menghindari. Coba kamu perhatikan. Apa yang salah dengan dia? Nggak ada. Tapi, kok rasanya di hati ada yang mengganjal. Sulit dijelaskan.
Itulah hal unik dari perasaan. Ada hal yang hanya bisa kamu rasakan, namun tidak bisa kau jelaskan dengan detail. Tak bisa kau menjelaskan gimana mekanisme rasa itu bisa kamu rasakan. Aneh. Tiba-tiba saja kau diam tanpa kata hanya untuk benar-benar meresapi rasa itu sendiri.
Ada satu teman remaja masjid yang marah-marah ketika di ganggunya. Aku hanya ketawa saja di belakangnya. Temenku pergi dengan segala raut wajahnya yang kusut, berlipat, tak dijemur pula. Menggerutu di pojok kursi sambil menenangkan hati lewat hapenya sendiri.

Komentar