Langsung ke konten utama

Menjauh Tanpa Aba-Aba

Aku merindukanmu. Titik. Entah sudah berapa kali aku memimpikanmu dalam tidurku. Mimpi adalah refleksi dari pikiran. Ya, aku terus memikirkanmu hingga tanpa sadar merefleksikanmu dalam mimpiku. Aku rindu dan kamu.
***
Aku duduk menyendiri di kursi wilayah pedestrian Malioboro. Aku tak berharap ditemani siapapun sekalipun sahabatku sendiri. Aku di teleponnya berkali-kali. Aku mereject berkali-kali pula. Aku menatap kosong layar hapeku. Kamu tersenyum diantara rak buku menjadi wallpaper hapeku.
Suara dari seniman angklung, mesin motor, taksi, derap kaki kuda yang khas tak menggubris konsentrasiku sama sekali. Sekalipun mereka di dekatku. Aku sunyi dikepung suara tinggi.
Aku masih ingat kejadian dua hari lalu. Saat kau menelefonku tiba-tiba. Aku tersenyum bahkan bersorak dalam hati. Aku lalu keluar ruangan rapat pada sore itu. Kuangkat telefonmu. Aku tak sabar ingin segera mendengar suara khasmu. Berat namun penuh wibawa.
Kau mengatakan bahwa kau ingin menemuiku sesegera mungkin. Aku bertanya. Kenapa? Kau terdiam lama. Detik per detik hanya kudengar irama nafasmu . Oke, aku tak mempermasalahkannya. Hal terpenting yakni aku akan segera menemuimu. Itu saja.
Aku menunggumu seorang diri di tempat yang kau janjikan. Kantuk tak kurasa. Ditemani buku penggugah jiwa aku mulai berusaha mengusir kantuk yang semakin berkuasa. Aku tertidur sekian menit. Tersadar, aku langsung mengucek mata dan memakai kembali kacamataku. Aku gelagapan mengecek hape. Satu jam berjalan dari waktu yang kamu janjikan dan kamu belum hadir. Ku hubungi kamu berkali-kali. Nihil hasilnya. Semua pesan hanya centang. Aku kecewa berat. Meninggalkan tugas jurnal dan membuang waktu tanpa ada hal yang bernama kepastian.
Bodoh atau apapun namanya itu aku tak peduli. Aku memaafkan mu untuk kejadian itu. Aku memaafkan mu untuk kesalahan bernama ingkar janji.
**
Samar-samar ku lihat bayang wajahmu dari kejauhan. Refleks, aku beranjak dari tempat dudukku. Aku berdiri di balik pohon kemudian. Aku membenarkan posisi kacamataku. Apa benar itu kamu? Atau itu hanya orang lain yang mirip kamu ?
Aku melihatmu berjalan berdua dengan seorang perempuan. Perempuan manis, juga berkacamata, dengan senyum memikat. Mataku terus mengikuti bayangmu tanpa kedip.
Kamu berjalan bersisian dengannya. Gelak tawa tak lupa ada. Perempuan anggun tertawa bahagia setelah kau bercerita hal-hal konyol. Di depan mataku sendiri.
Halo jawabmu singkat.
Kamu dimana ucapku di telfon
A kuem..a ku, ada di rumah. Ngerjain tugas. E..e.ssay, ar..ar..ti..kel
Emm, yaudah deh selamat mengerjakan
Kututup telefon tanpa sempat mendengar jawabmu. Kamu pembohong ulung. Aku yang berdarah-darah menahan rindu. Rasa sayang yang kudefinisikan dengan kata cinta. Semuanya hancur. Hidupku hampa. Kamu yang kukira matahariku, ternyata mengkhianatiku. Aku tidak mau mencelakakanku sendiri atas lampiasan kekecewaanku selama ini terhadapmu. Aku berdiam diri. Menjauh tanpa aba-aba adalah langkah selanjutnya.

Komentar