Langsung ke konten utama

Tomboy #1



Hakim mengendarai motor di belakangku. Sementara itu, Fuad berada di depanku. Fuad, juru peta pada misi kali ini. Sebelumnya, kami janjian terlebih dahulu di mantan sekolah kami tercinta. Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di kota Yogyakarta.
Adzan maghrib sudah berlalu puluhan menit yang lalu. Aku merapatkan jaketku sepenuhnya lalu membenarkan posisi kacamataku tiap berhenti di lampu merah. Sore tadi, hujan menghujani kota Yogyakarta dengan air. Bukan kenangan. Suasana inilah yang membuatku kerap kali membenarkan kacamataku agar pandanganku tidak semakin mengabur oleh factor lensa dan embun nafas.
Dari sekolah, kami bergerak ke arah station Lempuyangan. Namun bukan itu tujuan kami. Kami bergerak di jembatan layang lalu menuju Universitas Gadjah Mada. Dari belakang aku melihat Fuad jaraknya sudah menjauh. Ku gas motorku agar tidak kehilangan jejaknya. Lampu merah gramedia Sudirman Yogyakarta berwarna hijau sementara aku jauh di belakang Fuad.
“Yes” teriakku dalam hati.
Aku berhasil tepat di belakang Fuad dengan jarak 2m. Masih dengan kecepatan 60km/jam, lampu sein Fuad tiba-tiba menyala ke arah kanan. Mataku menyipit. Fokus akan gerak-gerik Fuad.
“Bremmmmmm”
Fuad secepat kilat belok arah kanan. Lampu hijau berubah menguning. Sementara itu, motor matic depanku berhenti tiba-tiba.  Aku gelagapan. Refleks, aku menghindari dengan cara membelokan stang motor ke kanan secepat mungkin. Aku sadar, aku baru saja hampir menabrak motor matic itu. Ban depanku hanya beberapa centi saja dari bemper motor matic itu. Aku hanya istighfar setelah memasuki jalan cik di tiro. Jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya. Seluruh ototku serasa melemas.
Titik hujan yang intensitasnya ringan sepanjang jalan sutomo kini bertambah deras ketika kami memasuki Jalan Cik Di Tiro. Fuad memberi kode nyala sein ke kiri. Aku menyalipnya sehingga bisa berada di depannya.
“Gilaaaaa kamu Ad” kataku.
Fuad diam saja. Tidak tahu kejadian baru saja yang menimpaku. Dengan tangan gemetaran. Aku memakai jas hujanku. Fuad terlihat duduk santai di jok motornya. Ternyata, dia nggak bawa jas hujan. Aku menepuk dahi. Dia lupa menaruh jas hujannya.
Kupinjamkan jaket hujan ku kepadanya. Iya jaketnya. Celananya soalnya kupakai. Kalau pakai jas hujan batman berlengan panjang pasti rokku basah kuyup. Makanya aku pakai dobel model. Padahal, aku sudah mencari jas hujan batman lengan panjang plus celananya, tapi tidak kutemukan. Tidak Cuma satu toko, tapi bertoko-toko. Hiks.

Tiba di Jalan Monjali hujan reda. Hanya terlihat pengendara dari arah selatan saja yang memakai jas hujan. Adzan Isya terdengar jelas di sepanjang jalan. Fuad menepi kan motornya.
“Mau ngapain Ad?”
“Beli martabak”
“Lah??? Tak kira tadi mau ke masjid”
Karena hujan reda, aku dan Hakim mencopotnya. Fuad, dengan etelnya masih memakai. Mungkin sebagai jaket tambahan.
Kami melanjutkan perjalanan. Hawanya dingin sekali. Jaket yang kupakai sepertinya tertembus air.

Komentar