Langsung ke konten utama

Nata #2



***
“Berapa gram Wan?” Aku hanya meyakinkan diriku Ridwan tak salah takaran.
“Nol koma empat”
“Sip. Gulanya berapa gram?”
“40 gram. Benar kan?”
“Bener, sini cepat keburu mendidih ini air kelapanya.” Aku mengecilkan nyala kompor. Ridwan memasukkan ZA lalu gula pasir. Aku mengaduknya. Tak lama kemudian air kelapa mendidih. Kumatikan kompor lalu mengangkat panci email ke meja praktikum.
“Udah dingin belum sih mbak?” Tanya Syuaib tidak sabar.
“Yaelah Eb, baru aja dua menit yang lalu. Tolong tuangin Asam Asetat Glasialnya”
“Sepuluh mililiter kan?”
“Iya” Aku menjawab singkat.
“Oke” Tanpa banyak bicara Syuaib langsung bertindak.
“Ih bau apa sih ini. Kecut banget” Ridwan mundur beberapa langkah sambil mengibas-ngibaskan tangannya didekat hidung.
“Itu Asam Asetatnya” Aku menunjuk botol berwarna gelap yang cukup besar. Aku menghindar beberapa langkah sambil menutup hidungku dengan jas lab.
“Apalagi aku yang nuanginnya. Bau banget ni mbk. Yah pantesan, konsentrasinya hampir seratus persen kok” Syuaib terus berbicara meski aku dan Ridwan tak memperdulikannya.
Dua puluh menit berlalu. Syuaib menuangkan Asam Asetat ke dalam panci email. Aku mengaduk perlahan. Ridwan mengelap nampan dengan kapas yang dibasahi alkohol. Aku mengambil karet dan koran. Meletakkan koran diatas nampan lalu mengencangkannya dengan karet agar tak terlepas.
Dengan ujung nampan yang terbuka sedikit, Ridwan mengambil corong. Aku menuangkannya perlahan. Meminimalkan kegagalan sekecil mungkin. Menutup nampan yang terbuka.
“Eb, taruh nampan ini di rak itu ya” Ridwan menunjuk rak di pojok ruangan.
“Loh kok aku” Syuaib kebingungan.
“Ya gakpapalah” Ridwan mendesak.
“Eb cepat aku mau pulang nih. Mau ngerjain Laporan Praktikum juga. Ayo cepetan” Aku malah ikut-ikutan mendesak Syuaib.
Tak lama kemudian, Syuaib berjalan perlahan sekali dengan nampan di tangannya. Aku dan Ridwan terus tertawa melihat ketegangan Syuaib. Ia terus berusaha agar cairan yang ada di dalam nampan tidak mengenai koran yang menutup nampan. Jika menyentuh, nata kami menjadi produk gagal.
“Luar biasa mbak, benar-benar luar biasa. Tapi, air kelapanya tak menyentuh koran kok. Korannya masih kering. Tenang saja, pasti natanya jadi kok”
Kubiarkan Syuaib yang terus mengoceh. Aku sibuk, sibuk berkemas-kemas untuk pulang.
“Wan, jangan lupa besok nuangin bakterinya ya”
“Oke siap” Ridwan mengacungkan jempolnya.
***


30 Juli 2014 dilanjut tgl 2 Agustus 2014, 28 Agustus 2014

Komentar