Langsung ke konten utama

Aku dan Catatan Harian

Mengingat dulunya aku adalah seorang anak yang introvert. Aku tak tahu dan tak mau tahu harus bercerita kepada siapa. Curhat dengan ibuku? Itu rasanya tak mungkin. Terbayang wajah beliau yang menunjukkan sisi kegembiraan plus sisi ‘aneh-aneh saja’ saat aku mulai cerita. Dan terbayang pula aku akan disindirnya, walau tak sebegitu sadis seperti sinetron-sinetron itu. Bercerita dengan ayahku? Ah, itu juga nggak mungkin. Masak mau mendengarkan cerita absurd yang hanya dialami oleh anak ababil sepertiku. Kalau bicara dengan kakak laki-lakiku itu juga tak mungkin. Ini terlalu privasi. Bisa di damprat habis-habisan aku. Atau gak disuruh belajar aja, atau enggak menyapu oh iya suruh masak. Dan parahnya itu semua khayalanku, ahaha. Karena jarang-jarang memegang panci. Apalagi menggoreng ikan lalu letupan minyak goreng mengenai wajahku. Bisa-bisa satu rumah heboh mendengarkan teriakan ku yang menggelegar plus cempreng itu.
Yap, manusia di rumah yang belum ku sebut selain diriku adalah adikku. Lah, adikku tau apa dengan masalah yang menimpaku. Meski jarak umur aku dan adikku tak terlalu jauh. Masa aku cerita sama adikku. Wah akibatnya bakalan rumit bin ruwet. Kalau sudah bertengkar, beeehhh efeknya bakal dahsyat. Aib ku akan di orasikan di atas kasur sambil memegang sisir sebagai ganti toa. Benar-benar parah. Orator gagal seleksi. Orang rumah pasti tahu semua. Jangankan orang rumah, tetangga sebelah pun tahu kalau aku dan adikku sedang meluncurkan agresi. Ini nih akibatnya. Bakalan ruwet. Malu ku bakalan tumpeh-tumpeh karena terlalu banyak yang tak bisa ku tampung.

Akhirnya ku temukan solusi paling efektif. Yaitu menulis. Menulis apa saja yang mau aku tulis. Bebas. Sebebas bebasnya. Aku seperti menemukan sahabat baruku, yaitu pena dan buku. Kemarin, baru saja ku tamatkan membaca catatan harianku. Yap, membaca sendirian. Kalau ketahuan adikku, aku tak tahu harus menaruh wajahku dimana lagi. Aku benar-benar heran. Darimana aku mendapat ilham kata-kata yang aneh, sebegitu lucu, sampai yang benar-benar jengkel. Aku malah ngakak sendirian tapi nggak sampai guling-guling. Itu terrlalu alay. Udah dulu ya, aku mau nulis catatan harianku lagi :D


Yogyakarta,
6 Ramadhan 1436 H/ 23 Juni 2015

Komentar