Salah
satu impianku adalah menjadi pembicara kesana kemari. Mimpi udah lama aku pupuk
di dalam otak dan hati. Sekitar sepuluh tahun yang lalu aku mulai memupuk mimpi
ini. Mimpi ini bukan tanpa alasan. Beberapa tahun yang lalu aku sering melihat
mas sepupuku kesana kemari menjadi pembicara. Entah menjadi khatib Jumat,
penceramah di Bulan Ramadhan di berbagai masjid, dan menjadi pemateri mengenai
wayang hingga keluar kota. Aku juga pengen seperti masku. Pikirku saat itu.
Mas
sepupu ini tulisannya juga sering tampil di media. Jaka lodhang misalnya.
Beliau santun, wajahnya cerah khas orang-orang yang sering menunaikan sholat di
sepertiga malam. Karena karier yang cukup cemerlang dan terkenal menjadi
pembicara, dulu Ibukku menyuruhku untuk mengambil jurusan yang sama dengan
beliau. Sastra Jawa. Tentu saja aku tidak mau. Sekarang, masku sedang menempuh
pendidikan doktoralnya. Hmm sulit untuk ditiru.
Walaupun
aku tahu aku bukan orang yang suka banyak bicara alias hemat bicara. Entah
kenapa aku pengen seperti mas sepupu yang satu ini. Mungkin karena kita
sama-sama anak kedua dari tiga bersaudara. Dulu, sewaktu aku bermain ke
rumahnya bersama adek dan ibukku. Aku dan masku ini selalu mengunggulkan anak
nomor dua. Sedangkan mbakku yang notabene anak ketiga selalu mengunggulkan anak
ketiga bersama adekku yang sama-sama anak ketiga haha. Candaan lima belas tahun
yang lalu.
“Setya
kita ngobrol dulu ya.”
Aku
kaget mendengar Mbak Keke memanggilku di tengah kelas SEO (Search Engine
Optimization). Aku menerka-nerka apa yang ingin disampaikan Mbak Keke.
Terkaanku 100% salah semua.
“Ini
kan ada undangan masuk. Kita disuruh ngisi. Nah kamu mau enggak?”
Bak
disambar gledhek. Aku kaget sekali. Kelasku saja materinya belum selesai semua.
Lantas disuruh ngisi.
“Dimana
Mbak?” Tanyaku.
“Di
Magelang.”
Huaaa.
“Tentang
apa Mbak?”
“Tentang
digital marketing. Bebas.”
“Waduh
aku mau ngisi apa ya.”
“Sebisamu
aja.”
“Yang
datang udah pro semua atau pemula mbak?”
“Halah
tenang aja. Pemula semua kok ini. Nggak usah khawatir.”
Gimana
nggak khawatir. Ini pertama kalinya aku ngisi tentang digital marketing.
Biasanya kalau Ramadhan aku ngisi anak-anak TPA di masjid. Itupun aku isi
dengan kuis, game, menggambar, dan mewarnai saja. Dengan menarik napas
panjang-panjang aku bilang aku mau dengan segala pertimbangan yang ada.
Kesempatan yang sama tidak akan datang dua kali kan?
Tidak
berapa lama aku dikontak oleh seseorang. Ternyata adek tingkat saat kuliah.
Dikirimin surat undangan sebagai pemateri. Dulunya saat masih jadi mahasiswa
dan ikut hima (himpunan mahasiswa) seringnya aku yang buat undangan tersebut
karena menjabat sebagai sekretaris. Kini aku yang menerima undangannya. Rasanya
seperti tidak bisa didefinisikan. Antara bahagia dan tidak percaya.
Tanggal
03 Agustus 2022 pukul 10.00 WIB aku berangkat dari rumah naik motor bersama
adekku. Walaupun undangannya masih jam 13.00 namun aku pengen datang sebelum
waktunya. Aku pengen makan terlebih dahulu, belum juga sholat dalam perjalanan.
Maka aku estimasikan perjalananku kali ini menghabiskan waktu tiga jam.
Walaupun dari panitia sudah mewanti-wanti berangkatnya dari jam 11 saja namun
aku tetap bersikukukuh berangkat jam sepuluh. Biar lebih longgar aja waktunya.
Usai
makan bakso dan sholat dzhuhur di perjalanan, kami mulai meneruskan perjalanan.
Sepanjang jalan di Magelang rata-rata platnya AA. Aku pakai motor dengan plat
AB. Tiba di Artos, aku mengabari salah satu panitia. Tidak lama kemudian
panitia datang menjemput kami. Perjalanan masih 10an km ternyata. Huaaa. Artos
naik, hawa udara sudah mulai dingin. Aku kedinginan. Bantul memang tidak
sedingin Magelang bagian atas.
Sampai
di lokasi aku disambut oleh anak-anak KKN. Program pelatihan digital marketing
adalah salah satu proker mereka. Mereka melihat banyak usaha-usaha disini yang
pemasaran onlinenya belum maksimal. Sehingga proker ini terbentuk.
Aku dan
adekku disuruh naik ke lantai atas. Ada beberapa macam makanan dan minuman
untuk suguhan.
“Silakan
dimakan kak.”
“Iya
terimakasih.”
Aku
tidak makan suguhan itu karena perutku udah kenyang makan bakso yang porsinya
menurutku banyak. Minum segelas besar juga menambah semakin kenyang perutku.
Aku
juga diambilkan teh hangat oleh anak-anak KKN. Diajak ngobrol juga. Aku baru
ngerasain pertama kali ini jadi narasumber. Biasanya jadi panitia yang capeknya
luar biasa. Oh gini ternyata rasanya jadi narasumber.
Aku
mulai mengisi sekitar pukul setengah tiga siang. Ada puluhan masyarakat sekitar
yang hadir. Ada pemuda, bapak-bapak, ibu-ibu, dan beberapa anak kecil. Awalnya
aku menggenggam microfon kuat-kuat untuk mengurangi kegugupanku. Berhasil.
Memasuki sesi tanya jawab. Aku deg-degan. Kira-kira ilmu yang ku dapat selama
belajar digital marketing yang 2 bulan kuikuti bisa menjawab semua pertanyaan
tidak. Ternyata bisa. Alhamdulillah Ya Allah.
Snack
yang disuguhkan untuk aku juga tidak aku makan karena aku masih kenyang. Usai
acara selesai ada sesi foto. Usai sesi foto kemudian aku disuruh naik ke atas
untuk makan. Makan bersama anak-anak KKN yang satu almet denganku.
Makan
hasil masakan anak KKN. Ada sop, mie goreng, nasi, lauk pauk yang banyak.
Tiba-tiba salah satu dari mereka menyeletuk.
“Biasanya
kita nggak makan kayak gini ya?” Katanya sambil lahap makan siang.
Keceplosan.
Sementara
itu nasi yang ku kunyah tiba-tiba sesak rasanya di kerongkongan mendengar kata
tadi. Cuma gara-gara aku mereka bersusah payah masak enak yang banyak. Aaaa
terimakasih. Jadi terharu. Padahal aku baru pertama kali ngisi. Kata mereka
bagus untuk pertama kali ngisi. Semakin bahagialah aku saat itu.
“Tambah
lho Kak, ini masih banyak makanannya.”
“Iya
hehe.”
Padahal
perutku baru sakit sekali tidak bisa makan banyak. Kami mulai bercerita tentang
KKN. KKN zamanku adalah KKN covid jadi pulang pergi saja tidak menginap seperti
mereka.
Yang aku
kagetkan adalah adzan ashar jam setengah lima sore apa yak. Oh iya jadi
teringat cerita dari tetangga kalau di Magelang adzannya setelah pulang dari
sawah. Culture shock kedua di Magelang. Yang pertama karena suhunya dingin
brrr.
Kemudian
jam 5 sore aku pamit pulang dengan anak KKN dan semua orang yang ada di rumah Pak
Dukuh. Ternyata istrinya Pak Dukuh adalah orang Sleman. Udah berasa saudara
sendiri rasanya wkkwk karena ketemu orang asli Jogja di Magelang.
Pertama
kalinya aku ngisi tentang digital marketing di Magelang. Uwooo. Rasanya udah
kayak jadi pembicara kelas nasional waks hahaha. Herannya, ternyata ada orang
yang mau mendengar ocehanku. Kayak tidak menyangka saja. Seorang Tya yang
dulunya pemalu dan hemat bicara ternyata bisa tampil di depan umum sebagai
pemateri. Apakah ini yang namanya doa yang terkabul? Doa yang isinya aku pengen
juga seperti masku sebagai pemateri di luar kota. Magelang kan masuknya luar
kota kalau dari Bantul ehe.
Untuk
yang kedua kalinya aku mengisi di zoom pada tanggal 12 Agustus 2022. Ketiga
kalinya aku mengisi secara offline di Internet Learning Cafe letaknya di dalam Kota
Yogyakarta pada tanggal 12 Oktober 2022. Keempat kalinya aku mengisi online via
zoom tanggal 13 Oktober 2022. Semuanya tentang digital marketing. Seperti tidak
menyangka. Salah satu impianku sepuluh tahun lalu terwujud. Aku pengen jadi
pemateri seperti mas sepupuku. Walaupun masih banyak kekurangan karena pemula. Tapi, terimakasih kuucapkan pada diriku. Telah berani mencoba banyak hal baru.
Bantul,
18 Oktober 2022
11:36
WIB
Masya allah, selamat ya mba. Semangat terus..... semoga segala urusannya dimudahkan dalam meraih impiannya
BalasHapusMakasih banyak kak, aamin:)
Hapus