Langsung ke konten utama

Semangat Perjuangan Mohammad Hatta (Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia) Sebagai Bentuk Keteladanan Bagi Generasi Muda






            Mohammad Hatta adalah sosok yang fenomenal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Moh Hatta dikenal sebagai salah satu proklamator kemerdekaan negeri ini. Beliau memiliki kepribadian yang pantang menyerah dan putus asa, gigih, intelektual, jujur, sederhana, dan brilian. Meskipun begitu, dibalik sosoknya yang rapi dan kharismatik Moh Hatta disegani kawan maupun lawan.

Selain dikenal sebagai salah satu Bapak Proklamator Indonesia, Moh Hatta dikenal sejarah lewat peristiwa Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Sosok pendamping Soekarno ini memiliki sumpah yang unik. Yaitu menyatakan dirinya tidak akan menikah dengan wanita manapun sebelum Indonesia merdeka. Pada usia 43 tahun, tepatnya 18 November 1945 beliau akhirnya menikah dengan Rahmi Rachim.

Moh Hatta akan terus menempati ruang tersendiri bagi sejarah Bangsa Indonesia walaupun raganya sudah lama tidak ada di dunia. Sosok yang luar biasa ini meninggalkan peninggalan kepada generasi muda berikutnya yaitu berupa berbagai keteladanan hidup yang pantas untuk  diimplementasikan pada masa sekarang.



  1. Riwayat Hidup Mohammad Hatta (1920-1980)
         Moh Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di sebuah rumah kayu bertingkat dua. Ayah Hatta adalah Haji Mohammad Djamil seorang guru mursyid, sebuah persaudaraan sufi atau tarekat di Sumatera Barat. Ayah Hatta meninggal saat usia Hatta delapan bulan. Ibunda Hatta bernama Siti Saleha. Nama Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Ata yang diambil dari seorang tokoh Muslim bernama (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibd Abd Al-Karim Ibn) Ata-llah Al-Sakandari. Seorang tokoh Muslim yang fenomenal dengan kitab karangannya, Al Hikam. Hatta memiliki enam saudara perempuan. Beliau merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki.
         Ketika usianya belum genap 10 tahun, Hatta mengalami pengalaman pahit. Sejumlah serdadu morse dengan bayonet terhunus menggeledah orang-orang yang lewat di Aur Tajungkang, Bukittinggi. Hatta melihat Rais, sahabat kakek Hatta melambai dari jendela kereta api dengan tangan yang dirantai membentuk sikap mental Hatta. Ternasuk sikap Mak Gaeknya yang disiplin dalam hal aturan.
         Hatta menyelesaikan pendidikan dasarnya di Europe Lagere School (ELS) di Bukittinggi pada tahun 1916. Pada tahun 1919 menyelesaikan Meer Uitgebreid Lagere School (MULO) di Padang. Tahun 1921 menyelesaikan Handel Middlebare (Sekolah Menengah Dagang) di Batavia. Hatta melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ekonomi di Nederland Handelsshoegeschool, Rotterdam, Belanda.
         Hatta tiba di Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya di Sekolah Tinggi Dagang (Handelsshoegeschool) pada 5 Juli 1932. Pada tahun 1935, Hatta dibuang ke Boven Digul, Papua Barat (1934-1935) yang kemudian dipindahkan ke tempat pembuangan Banda Neira (1935-1942). Pada Februari 1942 dipindahkan lagi ke Sukabumi. Pada Maret 1942 Hatta dibebaskan. Selama minimal 10 tahun, Hatta menjalani kehidupannya di pengasingan.
         Hatta diminta berpidato di Lapangan Ikada pada 8 Desember 1942 yakni tepat setahun setelah meletusnya Perang Asia Raya. Kutipan pidatonya adalah “Bagi pemuda Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali”. Hatta diminta menjadi Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Dai Nippon pada April 1942. Satu tahun berikutnya Hatta diangkat sebagai salah satu pimpinan dalam Pusat Tenaga Rakyat (Putera). November 1943, pimpinan Angkatan Darat Jepang di Indonesia berusaha membuang Hatta ke Tokyo agar Hatta terpencil dari perkembangan politik di Indonesia. Usaha pimpinan Angkatan Darat Jepang gagal melancarkan aksinya karena perkembangan situasi Perang Pasifik dan akibat adanya stategi perang Sekutu yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur.
         Hatta terlibat dalam pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada Mei 1944 dan mengikuti dalam pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada awal Agustus 1945.
         Hatta pernah dibujuk oleh Subadio Sastrosatomo dan Subianto Djojohadikusumo agar menyerukan pernyataan kemerdekaan pada tanggal 5 Agustus 1945. Hatta juga termasuk ke dalam Panitia Sembilan yang merumuskan UUD 1945. Keterlibatan Hatta dalam organisasi-organisasi tersebut mengantarkan dirinya sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia bersama Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Hatta diangkat secara aklamasi sebagai Wakil Presiden pertama RI yang mendampingi Presiden Soekarno dan berperan penting dalam perumusan berbagai produk hukum nasional.
         Pada tahun 1949 Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag Belanda. Konferensi tersebut menyatakan bahwa Belanda mengakui kedaulatan RI. Uniknya, Hatta pernah merangkap jabatannya sebagai wakil presiden, perdana menteri, sekaligus menteri pertahanan, dan menteri luar negeri (menlu) di RIS (Republik Indonesia Serikat).
         Sejak Desember 1956 Hatta disibukkan dengan aktivitas keilmuan (akademik). Beliau pernah menjadi dosen di beberapa universitas. Usai Indonesia merdeka, Hatta menikah di Bogor pada 18 November 1945 dengan Rahmi. Mohammad Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam usianya 77 tahun. Beliau dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada 15 Maret 1980.

  2. Mengenal Lebih Dekat Moh Hatta di Usia Mudanya
         Saat usia Hatta 15 tahun, Beliau merintis karier sebagai aktivis organisasi sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) cabang Padang. Hatta mulai belajar tentang masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Pemikiran H.O.S Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia dan Agus Salim dalam Neratja dikenal Hatta lewat kegiatan membacanya di koran.
         Usia 17 tahun, Hatta lulus dari MULO. Hatta melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Hatta mulai aktif menulis. Karangannya banyak dimuat dalam berbagai media. Namaku Hindania! adalah salah satu karangan beliau yang dimuat dalam majalah Jong Sumatera.
         Dalam usianya yang menginjak 19 tahun, Hatta memilih memesan air es dibanding dengan bir saat makan malam bersama di Hamburg tahun 1921. Di usia 19 tahun pulalah Hatta telah mahir berbahasa Prancis. Hatta pernah menjadi pemandu bagi suatu keluarga Belanda dalam menjelajahi Marseille, Prancis.
         Semenjak menetap di Belanda, Hatta aktif dalam organisasi Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Dulunya Indische Vereeniging yang berdiri pada tahun 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Suasana berbeda tatkala tiga tokoh Indische Partij yaitu Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo tiba di organisasi tersebut. Lima tahun berikutnya organisasi ini menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia).
         Saat usia Hatta 23 tahun, tepatnya pada 17 Januari 1926. Hatta mengemban amanah sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia. Hatta semakin semangat memperkenalkan cita-cita Indonesia di negeri Belanda dan mengemukakannya di berbagai negara di Eropa seperti Belgia, Prancis, dan Belgia. Semangat nasionalisme Hatta tak pernah luntur walaupun dirinya tidak berada di Indonesia. Bahkan semakin menyala-nyala dibuktikan dengan memimpin delegasi di Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian Dunia di Berville, Prancis. Tujuannya tetap kepada tanah air yaitu memperkenalkan nama Indonesia.
         Hatta lagi-lagi menjadi wakil delegasi Indonesia dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres Internasional yang diadakan di Brussel, Belgia. Tulisan yang ditulis oleh Hatta memperkenalkan nama Indonesia yang diterbitkan oleh De Socialist pada Desember 1928. Seorang Hatta tak akan menyerah untuk memperkenalkan Indonesia di mata dunia dan mempertahankan hak bangsa Indonesia untuk merdeka. Hatta menghadiri Kongres Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial pada tanggal 10-15 Februari 1927. Di usia yang muda saat menginjak 25 tahun, Hatta dengan berani mempertahankan hak bangsa Indonesia untuk merdeka di kongres tersebut ditambah tulisannya selama ini yang selalu menyerang Belanda. Dalam kongres tersebut, Hatta memimpin tokoh dunia antara lain Jawaharlal Nehru dari India dan Chen Kuen aktivitas pergerakan China.
         Bersama Sutan Sjahrir dan rekan perjuangannya, Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang memfokuskan kegiatannya dalam mendidik kader-kader perjuangan politik. Hatta sempat menjadi ketuanya. Tidak hanya aktif di organisasi, Hatta juga aktif dalam menangani majalah Daulat Ra’jat (1934-1935).  
         Usia muda Hatta disibukkan dalam hal yang sangat bermanfaat seperti belajar di negeri Belanda, memperdalam ilmu-ilmu yang di dapat, terlibat dalam berbagai organisasi, dan menajamkan kemampuan menulisnya. Keberaniannya di usia muda yang telah berhasil menerbitkan karya juga kepercayaan dirinya memimpin delegasi di depan tokoh dunia patut dijadikan teladan bagi generasi muda zaman ini. Kemampuan bahasa asingnya juga tak perlu diragukan lagi. Semangatnya saat muda dalam mewujudkan cita-citanya yakni Indonesia merdeka akan terus dikenang oleh sejarah kemerdekaan negeri ini. Hasil karya-karyanya sebagai bukti jejak hidup Moh Hatta akan selalu diingat bahwa bangsa ini pernah memiliki generasi muda yang luar biasa hebatnya.

  3. Peran Generasi Muda Dalam Meneruskan Perjuangan Moh Hatta di Masa Kini
         Kemampuan Hatta dalam hal public speaking menjadi salah satu hal yang pantas untuk diteladani dan diimplementasikan generasi muda zaman sekarang. Hatta penuh percaya diri dalam usianya yang muda dengan berani menjadi wakil delegasi Indonesia di suatu kongres Internasional. Bahkan beliau memimpin delegasi di Kongres Demokrasi Internasional di Prancis. Tidak hanya sampai disitu saja. Hatta juga memiliki kecintaan pada buku-bukunya. Lewat tulisannya, Hatta memperkenalkan nama Indonesia. Hatta juga gemar menulis dibuktikan dengan 15 karyanya yang ditulis pada tahun 1926-1941.
         Salah satu bapak proklamator kemerdekaan Indonesia, Moh Hatta telah banyak mencontohkan keteladanan kepada generasi berikutnya. Generasi muda berikutnya yang akan melanjutkan estafet perjuangan pahlawan-pahlawan sebelumnya seperti Moh Hatta. Jika Moh Hatta berjuang saat Indonesia belum merdeka dan sesudah merdeka maka kini saatnyalah generasi muda memegang pundak estafet perjuangan usai Indonesia merdeka.
         Peran generasi muda dalam meneruskan perjuangan Hatta di masa sekarang adalah:

  1. Banyak membaca buku sebagaimana yang dicontohkan oleh Moh Hatta karena membaca membuka wawasan terhadap dunia luar dan menambah serta meningkatkan pengetahuan.
  2. Terus belajar dimanapun kita berada seperti Moh Hatta yang terus belajar lewat buku-bukanya saat menjalani kehidupan di pembuangan.
  3. Terus memperbaiki kemampuan public speaking sehingga dapat memperkenalkan  dan mengharumkan Indonesia di kancah Internasional.
  4. Semangat menulis atau berkarya sehingga dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
  5. Menjadi generasi muda yang gigih, disiplin, dan pantang menyerah dalam rangka mengisi Indonesia setelah masa kemerdekaan.
  6. Mempelajari budaya dan melestarikan budaya agar budaya tidak tergerus oleh zaman.



Daftar Pustaka :

Alfarizi, Salman. 2013. Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980. Yogyakarta: Garasi House of Book
Ditulis oleh:
Setya Romana

Komentar