Langsung ke konten utama

Sumur Rara Jonggrang

Bandung Bondowoso merangsek Istana Ratu Boko. Mendobrak pintu utama. Rara Jonggrang marah sekaligus kaget. Kaget karena Bandung Bondowoso datang lebih cepat dari yang dipikirkannya. Marah karena Rara Jonggrang tahu bahwa ayahnya meninggal di tangan Bandung Bondowoso. Wajah Rara Jonggrang merah padam, namun kecantikannya memikat Bandung Bondowoso.
Tanpa berlama-lama lagi, Bandung Bondowoso melamar Rara Jonggrang saat itu juga. Di hadapan pasukan Bandung Bondowoso, dayang-dayang Kerajaan Ratu Boko, Bandung Bondowoso mengutarakan maksud hatinya,
“Rara, aku menginginkanmu untuk menjadi permaisuri Kerajaan Pengging”
Rara Jonggrang terdiam lama. Dendam kematian ayahnya membara dalam hatinya.
“Aku menunggu jawabanmu, Rara” ucap Bandung Bondowoso tak sabar.
“Aku tidak bisa menjadi permaisurimu ” jawab Rara singkat.
“Kenapa Rara?”
“Sekali tidak bisa. Aku tetap tidak bisa menyaguhi permintaanmu” Rara Jonggrang tegas.
“Katakan. Katakan apa yang kau minta Rara”
Rara Jonggrang kembali terdiam lama.
“Aku ingin kau membuatkanku Sumur bernama Jalatunda dan seribu candi dalam satu malam”
“Apa kau yakin dengan permintaanmu Rara?” Bandung melobi Rara.
“Aku yakin, sepenuhnya”
“Kalau keinginanmu begitu, aku akan menurutimu”
Malam itu, Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh pasukannya. Termasuk pasukan makhluk halus miliknya. Rara Jonggrang tak tidur sepicingpun. Rara Jonggrang khawatir. Permintaannya terpenuhi sebelum fajar tiba.
Ketika tengah malam, proyek itu berhasil terselesaikan setengahnya. Rara Jonggrang mencari ide. Dibangunkannya para gadis Prambanan tengah malam tersebut. Lewat kesaktian Rara Jonggrang, para gadis Prambanan ikut memiliki kesaktian tersebut. Rara Jonggrang dan gadis Prambanan berkata dalam hati secara terus menerus. Mereka melakukan telepati kepada makhluk halus pasukan Bandung Bondowoso.
“Bukan seribu candi. Bukan seribu candi. Bukan seribu candi. Tapi, seribu sumur. Seribu sumur. Seribu sumur. Seribu sumur”
Kata-kata tersebut diulang-ulangnya berkali-kali. Satu menit, lima menit kemudian, Rara Jonggrang tak melihat tanda-tanda rencananya berhasil. Rara Jonggrang tak berkecil hati. Dengan segenap kekuatannya dia fokus kembali kepada telepatinya.
Satu jam berlalu. Rara Jonggrang dan gadis Prambanan masih fokus dengan telepatinya. Mereka melingkar penuh ketakziman di bawah remang-remang cahaya rembulan. Rara Jonggrang membuka matanya. Terlihat para makhluk halus berbalik tujuan. Makhluk halus berbalik mengerjakan sekian banyak sumur. Proyek candi yang baru lima ratus buah terbangun, ditinggalkannya. Dari atas kerajaan Ratu Boko, Rara Jonggrang tersenyum licik.
“Kau tidak akan pernah bisa meminangku, Bandung, hahahha” Rara Jonggrang tertawa penuh kemenangan.
Waktu fajar pun tiba. Ayam jantan berkokok bersahut-sahutan. Satu per satu wujud makhluk halus menghilang. Tanda selesainya waktu yang disepakati. Bandung Bondowoso yang fokus membangun seribu candi terkaget-kaget. Pasukannya membangun sumur sebanyak lima ratus buah. Sedangkan, Bandung Bondowoso sibuk menyelesaikan candi ke lima ratus.
“Kenapa bisa terjadi seperti ini. Dasar makhluk tidak becus” Gigi Bandung bergemeretak. Rahangnya semakin terlihat. Urat-urat wajahnya menyembul keluar. Bandung marah  besar. Bandung Bondowoso melakukan satu kesalahan besar. Tidak mengontrol pasukannya.
Rara Jonggrang berjalan anggun menuruni tangga kerajaan Ratu Boko. Senyumnya penuh kemenangan. Bandung Bondowoso malah semakin terpikat dengannya.
“Bagaimana Bandung? Apakah kau mampu menyanggupi keinginanku?”
“Aku tidak mampu menyanggupi permintaan mu Rara” Bandung menekuk wajahnya.
“Bandung, kamu pasti tahu konsekuensinya tanpa aku harus menjelaskannya kembali bukan?”
“Aku tahu Rara. Tetapi, aku tetap menginginkanmu. Aku tetap menginginkanmu Rara”
“Aku tetap tidak bisa menerimamu Bandung. Kau gagal. G A G A L”
Mendengar perkataan Rara Jonggrang, Bandung marah. Di cengkeram lengan Rara kuat-kuat. Rara meringis.
“Apa yang kau lakukan Bandung?”
“Aku akan membawamu paksa ke Kerajaan Pengging”
“Tidak bisa begitu. Lepaskan aku!”
“Aku tidak akan melepasmu Rara”
Mengerahkan segala kekuatannya, Rara berhasil dari cengkeraman tangan Bandung. Rara masuk ke salah satu sumur untuk menghindari Bandung. Di dalam sumur yang dalam dan gelap itu Rara harap cemas. Berharap Bandung tidak menemukannya.
Bandung tidak tinggal diam. Ia mencari Rara hingga ke sudut-sudut Kerajaan sekitar Ratu Boko, hutan-hutan gelap, juga pantai selatan. Namun, usahanya belum berhasil. Ia tidak menemukan Rara.
“Rara, ke manakah kamu? Kenapa kau tidak menerimaku. Apa kurangnnya aku bagimu. Apaaaaa?” teriak Bandung.
Teriakan Bandung terdengar telinga Rara. Rara tersentuh hatinya. Bandung mengulang-ulang katanya untuk mencari Rara. Rara tergugu kaku di dalam sumur. Rara merasakan betapa Bandung mencintainya. Di satu sisi, Rara ingin membalaskan dendam ayahnya. Rara bingung mengambil keputusan. Suara Bandung terdengar semakin dekat. Artinya, jarak Bandung juga semakin dekat dengan Rara. Rara menangis di dalam sumur. Rara menangis mengingat kematian ayahnya. Juga menangis melihat Bandung mencari dirinya selama itu. Bandung benar-benar mencintai Rara. Rara tau itu.
Rara Jonggrang kembali muncul ke permukaan tanah dengan kesaktiannya. Kesaktiannya mampu mengangkat dirinya dari ratusan meter di bawah sana ke permukaan tanah. Bandung melihat Rara dari kejauhan. Bandung berlari kemudian. Bandung memeluk Rara. Tak lama kemudian Rara terjatuh ke tanah. Rara sangat pucat. Bandung tidak sadar bahwa detik itu adalah detik terakhir kehidupan Rara. Bandung tersungkur lalu menangis sejadi-jadinya hingga air matanya memenuhi lima ratus buah sumur.

Komentar

  1. Keren kak...... Baik lah....

    Ubah ending cerita rakyat yang asli. Siap nulis lagii

    Makasih

    BalasHapus

Posting Komentar