Langsung ke konten utama

Proses

Dua hari yang lalu. Aku berjalan santai menuju gedung fakultas. Aku menengok sebelah kanan kiriku. Menyapu pandangan. Ignas mana ya? Katanya menungguku di depan rektorat. Kok sudah raib saja. Aku tetiba baru saja ingat. Matkul selanjutnya dimulai pukul 12:15. Kulihat jam di hapeku. 12:26. Gawat.
Aku mempercepat langkahku menuju ruang 303. Tangga ku naiki dengan cepat. Nafas memburu ketika sampai depan pintu 303. Masuk enggak masuk enggak. Aku bimbang. Sebelumnya, Pak Agus, pengampu matkul agroindustri pernah membuat peraturan. Telat maksimal sepuluh menit atau lima belas menit ya. Payah. Kenapa aku bisa lupa gini. Ku kirimkan pesan ke Ignas.
“Nas, boleh masuk nggak ya?”
“Boleh kayanya, coba aja”
Kuberanikan masuk. Ku ketuk pintu terlebih dahulu. Puluhan pasang mata langsung tertuju padaku. Untung kacamataku ku lepas, jadi tak bisa kulihat dengan jelas sorotan mata mereka. Langsung duduk di sebelah Ignas. Ignas tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan nafas yang tak teratur. Alhamdulillah aku selamat. Masih bisa mengikuti matkul ini. Tidak ada adegan dramatis aku disuruh keluar karena telat sekitar tiga belas menit. Makasih Pak Agus sudah memperkenankan aku mengikuti matkul ini. Aku tadi benar-benar tidak sadar pak. Aku khilaf pak.
Beberapa menit kemudian Lisa izin ke kamar mandi. Tak lama, Bianca ikut izin juga. Pak Agus melanjutkan menjelaskan materinya. Pintu berderik. Lisa memunculkan kepalanya saja.
“Yang laki-laki tolong dong, Bianca pingsan”
Kelas menjadi heboh. Bianca, si bendahara kelas yang suaranya terdengar antar lantai itu pingsan. Dua orang teman laki-lakiku sigap keluar. Suasana kelas tidak kondusif kemudian.
“Saya cukupkan sekian karena teman kalian ada yang sakit. Selamat siang” Pak Agus menutup kelas siang itu.
**
Pagi ini matkul Kimia Dasar. Ibu Dwi memasuki kelas. Langsung menyodorkan presensi kehadiran kepada Bianca yang duduk di depan.
“Ini buat kamu. Katanya, kemarin pingsan” Ibu Dwi menyodorkan dua botol yang berisi kapsul kunir putih.
“Waaa Ibuuu makasih ya. Ibu pengertian sekali sama Bianca” ucap Bianca.
Kunir putih. Hasil penelitian Ibu Dwi yang ditujukan untuk pengabdian masyarakat. Satu botol berisi tiga puluh kapsul dijual murah karena beliau fokus pada pengabdian masyarakat bukan pada laba. Testimoni sembuh dari penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, maag, dan lainnya sudah banyak.
“Pada intinya, herbal melancarkan proses metabolisme manusia” ucap beliau.
Ada satu konsumen beliau yang memutuskan membeli kunir putih karena takut dengan rumah sakit. Justru ketakutannya itu membuat mental down. Mental down menyebabkan tensinya naik. Dokter pun tidak bisa memutuskan untuk mengoperasinya kemudian. Operasi ditunda.
“Nah itu, mental yang down atau tidak kuat akan menyebabkan penyakit lain berdatangan juga”
Jleb. Aku terpaku melihat keramik. Kata-kata mental yang down akan menyebabkan penyakit lain berdatangan terngiang-ngiang di kepala. Jangan-jangan mentalku belum siap menerima keadaan juga sehingga aku kerap sakit. Aku sadar diri.
“Saat kalian ujian pendadaran, kalian saya tanyakan tentang penelitian kalian, kalian pasti sudah siap untuk menjawabnya. Karena apa? Karena kalian sudah melalui proses kuliah. Ada praktikum, ada materi, tugas, dan lainnya yang membuat mental kalian sudah siap. Mental yang bagus terbentuk melalui sebuah proses. Proses juga memerlukan waktu. Jadi, berproseslah dengan baik. Semoga, hasil tidak akan mengkhianati usaha”

Komentar