Langsung ke konten utama

Tikungan jalan


Pagi berganti siang, lalu siang berganti sore. Kini, urusanku di salah satu sudut di Kota Yogyakarta sudah selesai. Setelah memakai jaket, helm, dan tak lupa kacamata aku memacu kuda besiku ke arah selatan. Menuju arah pulang. Sudah beberapa hari yang lalu namun ku tak tahu tepatnya tanggal berapa, walaupun aku memakai kacamata namun pandangan jauh ke depan masih tetap blur. Aku butuh lensa yang sesuai. Namun belum sempat kuganti hingga hari ini. Tetapi masih lumayanlah memakai kacamata dibanding tidak memakai kacamata sama sekali.
          Hawa di kota dan perbatasan kota-desa memang terasa. Coba saja kalian buktikan. Walaupun memakai jaket, melalui jalan perbatasan tentu hawanya lebih sejuk dibanding melewati jalanan kota yang panas.
          Pada saat melewati tikungan jalan, aku melihat ada sesosok lelaki yang sedang duduk di motornya menatapku. Kembali lagi ke permasalahan semula. Aku belum mengganti lensaku dan berakibat aku tidak tahu detail wajahnya dari kejauhan.
“Bodo amat” pikirku.
Setelah dipikir-pikir kok ada yang mengganjal. Tapi, apakah itu? Aku hanya melihat kendaraan dibelakangku menggunakan kedua spion motor. Tetapi, orang yang berada di tikungan jalan tadi membuntutiku. Walaupun jarak kami jauh, aku masih bisa mengenalinya. Beberapa saat kemudian bayangan orang itu menghilang ditelan persimpangan jalan. Semakin penasaran saja aku. Siapa sih dia. Pengen rasanya langsung belok ke optic minta ganti lensa secepatnya.
Beberapa detik kemudian aku sampai di rumah. Aku meletakkan tasku, mencopot kacamataku dengan tingkah aneh. Adikku menatapku heran. Heran, habis lewat jalan mana yang membuatku bertingkah aneh.
Aku duduk. Selintas kata tiba-tiba menyambar kembali ingatanku. Dia yang berada di tikungan jalan adalah ad-hoc nya masjid sebelah, hahahahahaha. Mahasiswa tingkat akhir sastra inggris yang nggak peduli dengan grammar :v Segera dikudeta oleh penduduk remaja masjid habis lebaran karena belum nyelesaikan skripsinya ckck. Kalau dia baca tulisan ini, aku hanya ingin menyelipkan satu kalimat. Damai dengan diri sendiri.

Komentar