Aku
menengok jam dinding. Jam tujuh lebih tiga puluh lima menit. Hari ini Hari
Rabu. Aku mengenakan seragam identitas berwarna coklat semi abu-abu dipadukan
dengan kerudung warna coklat kehijau-hijauan. Kusambar
tas lalu mengenakan sepatu secepat mungkin. Ku sambar helm lalu kunyalakan
mesin. Setelah merasa tidak ada yang ketinggalan, ku putar tuas gas lalu
berhenti di depan pintu kamar tamu.
“Dek,
cepat” Aku teriak. Tak beberalapa lama, adikku lari dari arah pintu belakang.
Ia, berseragamkan biru putih. Begitu adikku sudah siap ku tarik gas motor. Kali
ini dengan kecepatan sedang. Aku menyeberang dengan memotong jalan. Ku injak
gas. Kini, aku sudah di depan sekolah adikku. Iya, sekolahku dulu. Aku
teringat. Ada barang yang harus ku bawa. Aku menepuk jidatku. Kuputar balik
sepeda motor lalu melaju kencang menuju rumah.
Tanpa
banyak waktu, segera menuju meja belajar. Ku buka pintu lalu ku ambil jas
laboratorium singkatnya jas lab. Ku masukkan ke dalam tas dengan tergesa.
Kembali ku putar tuas gas. Melaju kencang.
Sekarang,
yang ada di fikiranku hanya cepat sampai. Bel pertama pukul tujuh lebih lima
belas menit. Semua guru, karyawan, dan siswa berdiri lalu menyanyikan Indonesia
Raya. Di jalan, aku berusaha seminimal mungkin mengehemat waktu. Ku kemudikan
motor lebih cepat dari biasanya. Sering, diangka enam puluh km per jam penunjuk
tanda merah.
Aku
berusaha untuk tenang. Otak yang banyak fikiran hanya memecah belah fokus dan
konsentarasi. “Yah, lampu merahnya menyala” Ini akan menambah waktuku di jalan.
Lampu hijau menyala. Ku putar gas lalu wusss. Aku sampai di sekolah.
Kuparkirkan motor, ku taruh helm di atas spion kanan, dan mencopot kunci motor.
Tak ketinggalan aku membenarkan posisi rokku. Kulihat jam. Tujuh lebih sepuluh
menit. Aku tersenyum. Ini benar-benar rekor keberangkatanku. Biasanya, aku
menghabiskan tiga puluh menit dalam perjalanan. Jika aku berangkat kira-kira
pukul setengah tujuh lebih dua puluh menit. Karena saat-saat seperti itu jalan
di kota ramai. Pelajar, pekerja, mahasiswa semuanya ikut andil dalam keramaian.
Dua puluh dua menit, benar-benar rekor.
Aku
sedikit mempercepat langkah kakiku. Seingatku, praktik jam setengah delapan
hingga setengah sepuluh adalah mata pelajaran Kimia Pemisahan. Aku harus menuju
depan lab instrumen. Begitu sampai di depan lab, tak ada teman sekelasku yang
berada di sini. Aku heran. Biasanya, kami langsung menuju lab begitu sebelum
jam praktikum. Kuambil kartu ujianku yang berwarna biru. Aku menepuk jidat. Aku
salah membaca jadwal. Praktikum Kimia Pemisahan untuk kelasku rombongan satu.
Sementara itu, aku berada di rombongan dua.
Ku
baca lebih teliti lagi. Sekarang, aku harus berada di depan laboratorium
mikrobiologi. Ku pakai jas lab secepat mungkin lalu berlari menuju lantai dua.
Jadi, tulisan Kimia Pemisahan dari tadi malam ku kira tulisan Mirobiologi.
Haduh, payah. Salah fokus faktor terlalu lelah. Padahal, tadi pagi aku belajar
Kimia Pemisahan karena ku tahu berada di praktikum awal. Eee ternyata. Aku
hanya menggelengkan kepala.
Kali
ini aku belum belajar Mikrobiologi. Kuambil buku lalu ku buka. Belajar kali ini
seperti halnya mencari kata dalam sebuah kamus. Mata hanya menyapu halaman.
Lima detik untuk sekali sapuan mata. Singkat sekali. Sembari ku hafalkan.
Ulangan beberapa minggu yang lalu bermanfaat untuk mengingat materi. Aku
mengambil undian. Ku buka. Nomor satu. Aku hanya menelan ludah dan tersenyum
getir.
Komentar
Posting Komentar