Langsung ke konten utama

Nomor 1 #10



Aku menengok jam dinding. Jam tujuh lebih tiga puluh lima menit. Hari ini Hari Rabu. Aku mengenakan seragam identitas berwarna coklat semi abu-abu dipadukan dengan kerudung warna coklat kehijau-hijauan. Kusambar tas lalu mengenakan sepatu secepat mungkin. Ku sambar helm lalu kunyalakan mesin. Setelah merasa tidak ada yang ketinggalan, ku putar tuas gas lalu berhenti di depan pintu kamar tamu.
“Dek, cepat” Aku teriak. Tak beberalapa lama, adikku lari dari arah pintu belakang. Ia, berseragamkan biru putih. Begitu adikku sudah siap ku tarik gas motor. Kali ini dengan kecepatan sedang. Aku menyeberang dengan memotong jalan. Ku injak gas. Kini, aku sudah di depan sekolah adikku. Iya, sekolahku dulu. Aku teringat. Ada barang yang harus ku bawa. Aku menepuk jidatku. Kuputar balik sepeda motor lalu melaju kencang menuju rumah.
Tanpa banyak waktu, segera menuju meja belajar. Ku buka pintu lalu ku ambil jas laboratorium singkatnya jas lab. Ku masukkan ke dalam tas dengan tergesa. Kembali ku putar tuas gas. Melaju kencang.
Sekarang, yang ada di fikiranku hanya cepat sampai. Bel pertama pukul tujuh lebih lima belas menit. Semua guru, karyawan, dan siswa berdiri lalu menyanyikan Indonesia Raya. Di jalan, aku berusaha seminimal mungkin mengehemat waktu. Ku kemudikan motor lebih cepat dari biasanya. Sering, diangka enam puluh km per jam penunjuk tanda merah.
Aku berusaha untuk tenang. Otak yang banyak fikiran hanya memecah belah fokus dan konsentarasi. “Yah, lampu merahnya menyala” Ini akan menambah waktuku di jalan. Lampu hijau menyala. Ku putar gas lalu wusss. Aku sampai di sekolah. Kuparkirkan motor, ku taruh helm di atas spion kanan, dan mencopot kunci motor. Tak ketinggalan aku membenarkan posisi rokku. Kulihat jam. Tujuh lebih sepuluh menit. Aku tersenyum. Ini benar-benar rekor keberangkatanku. Biasanya, aku menghabiskan tiga puluh menit dalam perjalanan. Jika aku berangkat kira-kira pukul setengah tujuh lebih dua puluh menit. Karena saat-saat seperti itu jalan di kota ramai. Pelajar, pekerja, mahasiswa semuanya ikut andil dalam keramaian. Dua puluh dua menit, benar-benar rekor.
Aku sedikit mempercepat langkah kakiku. Seingatku, praktik jam setengah delapan hingga setengah sepuluh adalah mata pelajaran Kimia Pemisahan. Aku harus menuju depan lab instrumen. Begitu sampai di depan lab, tak ada teman sekelasku yang berada di sini. Aku heran. Biasanya, kami langsung menuju lab begitu sebelum jam praktikum. Kuambil kartu ujianku yang berwarna biru. Aku menepuk jidat. Aku salah membaca jadwal. Praktikum Kimia Pemisahan untuk kelasku rombongan satu. Sementara itu, aku berada di rombongan dua.
Ku baca lebih teliti lagi. Sekarang, aku harus berada di depan laboratorium mikrobiologi. Ku pakai jas lab secepat mungkin lalu berlari menuju lantai dua. Jadi, tulisan Kimia Pemisahan dari tadi malam ku kira tulisan Mirobiologi. Haduh, payah. Salah fokus faktor terlalu lelah. Padahal, tadi pagi aku belajar Kimia Pemisahan karena ku tahu berada di praktikum awal. Eee ternyata. Aku hanya menggelengkan kepala.
Kali ini aku belum belajar Mikrobiologi. Kuambil buku lalu ku buka. Belajar kali ini seperti halnya mencari kata dalam sebuah kamus. Mata hanya menyapu halaman. Lima detik untuk sekali sapuan mata. Singkat sekali. Sembari ku hafalkan. Ulangan beberapa minggu yang lalu bermanfaat untuk mengingat materi. Aku mengambil undian. Ku buka. Nomor satu. Aku hanya menelan ludah dan tersenyum getir.

Komentar