Kamis,
14 November 2019
Memang hari Kamis kemarin hari terakhir UTS
(Ulangan Tengah Semester). UTS dengan penutupan mata kuliah Mikrobiologi
Pengolahan Pangan. Saking banyaknya materi yang ada,
“Set,
kamu belajar apa?” Hendra bertanya padaku.
“Belajar
Mikro lah haha” jawabku.
“Hmmmm”
“Ndra,
kamu mau ngafalin materi yang mana aja itu terserah kepercayaanmu. Ini boleh
nggak dihafalin”
“Lha
masalahnya penting semua Set”
“Iya
sih”
Set adalah nama panggilanku di kampus. Kalau di
rumah Tya. Jadi ada dua temenku kampus ke rumah. Mereka bingung saat Bapak
manggil aku dengan sebutan Tya. Hahahha.
Kebimbanganku dimulai dari sini. Ikut enggak.
Ikut enggak. Kalau ikut nggak ada temen mana yang ngelist kehadiran di grup
senior semua. Ampun dah. Kalau nggak ikut gimana. Udah masuk panitia belakangan
nggak ikut rapat pula. Haduh malah jadi nggak PD.
Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat. Adzan
Ashar mandi, ganti pakaian, lalu sholat dan menerabas kemacetan Kota Yogyakarta
di jam-jam pulang kerja dan sekolah.
Dari rumah jam 15.20 WIB. Sampai sekolahku dulu,
sampai jam 15.55 WIB. Amaaan. Aku berjalan menuju Ruang Kusuma 1. Ragu-ragu aku
masuk kusuma. Aku duduk di kursi depan kusuma. Ngecek hape.
“Ruang
rapat dipindahkan ke Ruang Kusuma 2”
Aku berjalan ragu-ragu ke kusuma 2. Udah banyak
belum ya yang datang. Malu lah masak rapat telat mana panitia baruuu.
“Assalamu’alaikum”
sambil senyum ku salaman dengan Bu Ida. Guru SMTI Yogyakarta yang mengajar
Kimia Pemisahan.
Bu
Ida menyalamiku.
“Belum
ada yang datang Bu?”
“Udah,
Pak Ketua”
Pak Ketua. Terngiang-ngiang. Jadi, baru Pak Ketua
ajaa. Jam 16.00 yang datang baru Pak Ketua dan aku. Yang dari luar sekolah sih.
Kalau panitia di dalam sekolah udah dari dari pagi di sekolah.
Aku duduk di kursi pojok belakang. Tiba-tiba jadi
panas suasananya. Kacamataku mengembun. Kemudian Pak Ketua yang dijabat oleh
Pak Inoeng datang membawa jumbo isi teh. Aku tersenyum. Pak Inoeng dan Pak
Dasuki mempersiapkan minuman di belakang. Jadi canggung mau ngebantu. Kalau di
lingkungan rumah, nyinom adalah hal biasa.
Pak Inoeng kemudian duduk di kursi depan sendiri.
Pak Dasuki kemudian keluar. Pak Inoeng mengambil hapenya dan duduk di kursi
yang sejajar kursiku namun agak jauh. Pak Inoeng memulai pembicaraan.
“…”
“Tya
Pak”
“Lulusan
tahun berapa?”
“2016
Pak”
Aku juga menyampaikan bahwa aku temennya
ponakannya Pak Inoeng. Aminah. Juga ponakannya temennya Pak Inoeng kalau sepak
bola di Lapangan Tamantirto. Ternyata, senior di SMTI Yogya ini rumahnya dekat
dengan rumahku. Terpisah ring road selatan aja. Pembicaraan kami mulai ngalor
ngidul.
“Ini
rapat yang ke lima. Panitia pengen rapat di malam hari tapi pulangnya
kemaleman. Siang hari banyak yang nggak datang. Hari libur juga sedikit. Pas
hari kerja sekarang akhirnya”
“Iya
Pak biasa kejadian seperti itu di rapat”
Alumni dari angkatan lain akhirnya berdatangan.
Hingga dimulailah rapatnya jam 16.30 kurang lebih.
Aku pengen ngerasain gimana sih rasanya jadi
panitia usia termuda. Apakah sama kalau pas rapat dengan temen-temen kuliah,
temen-temen organisasi di kampung, atau sama dengan rapat di karang taruna
desa.
Aku ngisi presensi rapat. Ya Allah aku jadi
lulusan termuda yang ikut rapat. Ada mas-mas yang angkatan 12 juga. Lainnya
senior-senior lama. Angkatan 70an, 80an, dan 90an. Masyaallah.
Usai dibuka, Pak Ketua menyampaikan perkembangan
persiapan reuni sampai sekarang. Penutupan pendaftaran reuni tanggal 15
Desember 2019. Tentang surat untuk
donatur kepada alumni yang memiliki usaha. Donasi dari korwil 4 luar negeri dan
masih banyak yang lainnya. Uniknya donasi ini dalam bentuk dirham. Wah seperti
dalam buku-buku saja ya dirham ini. Kursnya ke rupiah jadinya berapa yaa.
“Dek, dimaem snacknya” ucap seorang bapak-bapak
yang duduk di hadapanku. Beliau ini dari sie perkap.
“Hehehe iya pak”
Bukannya nggak mau makan snacknya. Tapiii aku
dari rumah baru aja makan. Selain itu perutku yang kadang nggak mau diajak
kompromi kumat-kumatan. Sakit bangettt.
Adzan Maghrib berkumandang. Satu dua orang
keluar. Semua panitia keluar untuk menunaikan sholat Maghrib.
Bapak yang menanyakan snackku tadi kembali
mengingatkan.
“Kok belum dimakan?”
“Tadi dari rumah udah makan pak”
Sholat Maghrib berjamaah diimami oleh bapak tadi
yang iseng menanyakan kok snackku belum dimakan hueee. Usai sholat, kembali ke
ruang kusuma 2.
Ya Allah ada nasi kucing seukuran gajah di
mejaku. Semua panitia yang rapat mulai memakan jamuan ini. Nasi kucing segedhe
gajah dengan sohun goreng dan sambal. Sambalnya rekkk pedas banget. Saking
tidak umum pedasnya salah satu bapak-bapak menamai nasi kucing ini dengan nasi
kucing garong. Ada telur dadar dan tempe goreng juga. Makan tidak yaa. Kalau
nggak makan dikira gimana. Kalau makan bakalan sakit perutku. Akhirnya ku makan
deh nasi kucing ini. Pedasss bet sambalnya. Karena perutku yang lagi tidak
kompromi maka ku makan pelan-pelan.
“Jangan muntah ataupun mual Tya. Jangan mualll”
Aku mulai berbicara sendiri. Dan benar. Aku jadi manusia yang makan paling
akhir selesainya dengan drama mual yang kutahan-tahan. Gakpapa, asal habis walaupun
pelan-pelan. Itupun aku paksa agar tidak ada yang mubadzir.
Sambil makan, Pak ketua menjabarkan lagi
perkembangan persiapan selama ini. Usai Pak Ketua yang menjabarkan tentang perkembangan
persiapannya dilanjut Sie Acara. Aku pernah jadi anggota sie acara makrab 2
hari 1 malam gaess. Emmm rasanya huaaaa nano nano gitu. Dihujat panitia lain
juga. Hiks. Koordinator sie acara ini bapak-bapak. Menurut pandangan
psikologiku, cielahh haha bapak ini berkepribadian sanguinis. Rame, asyik,
lucu, humble, pokoknya kalau ada bapak ini suasananya jadi lebih hidup. Bapak
koord sie acara yang aku belum tau namanya ini pandai juga menengahi
masukan-masukan dari panitia lain. Selain itu kocak juga beliau. Suasana jadi
lebih hidup. Kadang kan ya kalau acara yang nyampein suasana jadi hmm horror.
Jadi hujatan-hujatan sie lain yang menurutnya dari sie acara kurang apanya
gitu. Ya biasalah mahasiswa. Beda dengan panitia bapak-bapak ini. Santuy tapi
jalan.
Bakalan ada jalan sehat, fun game, donor darah,
lomba photoboth, kuliah umum, inaugurasi, dan panggung kreativitas alumni.
“Mohon
izin bapak-bapak. Ini sudah malam tolong jelaskan intinya saja. Kalau teknisnya
malah semakin lama”
Aku
tersenyum.
“Karena
sudah malam dan saya, mbak-mbak (sambil lirik aku) nggak berani pulang
malam-malam”
Hihi. Padahal aku sering pulang tengah malam
sendirian Buk. Hiks. Mana suara pendekar putri lainnya yang kemana-mana naik
motor sendiriann???
“Emm
gimana kalau fun gamenya pakai kursi dan musik? Kursinya buat berebut. Semakin
lama kursinya di kurangi jumlahnya.
Kursi bisa diganti dengan koran misalnya”
“Pak
itu masalah teknis Pak” lainnya ketawa lagi dan lagi.
“Nanti
bu.. marah”
Lagi dan lagi ketawa bebarengan. Menurutku gimana
ya wkwk. Agak susah sih kalau enggak bahas teknis pelaksanaannya. Karena ketemu
aja jarang. Ketemu kalau pas di rapat aja. Rapat aja kadang ada berangkat dan
ada yang nggak berangkat. Asyik juga sih mbahas teknis-teknis pelaksanaan kayak
gitu. Seruuuu.
Usai sie acara yang heboh karena koordinatornya
lanjut sie dokumentasi. Koordinator sie dokumentasi ternyata fotografer
professional. Mantap.
Ada pilihan atau opsi yang berkaitan dengan
dokumentasi reuni esok di Januari 2019. Apakah mau softfile aja, atau foto
langsung jadi, atau malah video shooting. Mirip acara nikahan ya gaess kalau
ada video shootingnya. Ini nikahannya siapa??? Hahaha.
Trus pandangan tentang menyikapi fotografer
dadakan yang langsung cetak jadi juga ada. Pokoknya lebih kompleks
permasalahannya tentang sie dokumentasi ini. Kita yang anak kuliah kalau ada
acara cuma foto bagus cekrek. Upload google drive, share link, pada buat
stastus sendiri-sendiri deh. Jadi diputuskan kalau sie dokumentasi hanya
ngefoto dan dokumentasi video saja. Sie dokumentasi butuh 2-3 orang untuk
melancarkan aksi besoknya.
Sie keamanan
kosong. Lanjut laporan dari bendahara. Usai deh rapat reuni ke lima ini.
Begitu di tutup langsung kosong ruangannya. Terakhir ada aku, bu Veronica, dan
Pak Inoeng. Sebenernya aku sungkan untuk ngomong di depan umum aku mau ditaruh
di divisi mana. Soalnya baru masuk aja masak dengan songongnya mau ke divisi
yang mana hehe.
“Pak
saya sama Luri masuk divisi yang mana ya?”
Pak
Inoeng berpikir sebentar.
”Dokumentasi
dengan hape aja”
Waduhhhh gaess. Hapeku sama Luri kalau untuk
dokumentasi nggak support heheuu. Aku diam aja. Bukan waktu yang tepat untuk
ngebahasnya. Aku salaman dengan Bu Vero.
“Bu
izin mau pamit pulang dulu”
“Oh
iyaa. Rumahnya di mana?”
“Deket
Pak Inoeng Bu”
“Owalah”
“Kidul
lapangan” Pak Inoeng menyahut.
“Lewat
jalan mana?” Pak Inoeng bertanya.
“Tamsis
pak”
“Pakai
apa?”
“Naik
motor sendiri Pak hehe”
Aku pamit lalu sholat di mushola sekolah dan
pulang. Jam menunjukkan jam 19.55 WIB. Adalah saat dimana di jam itu seringnya
adalah waktu untuk bersiap-siap ke luar rumah mau acara di luar atau rapat.
Pulangnya tengah malam dan sendiriann. Pendekar lain mana suaranyaaa?
Komentar
Posting Komentar