Langsung ke konten utama

Setahun

Sudah setahun lebih aku memendamnya. Sesak tak terelakkan lagi. Bagiku, setahun ini dipenuhi hari penuh kesesakkan. Tak tertahankan lagi ketika aku sendirian memendamnya. Memenjara sebuah cerita dalam hati. Kadang, aku membenamkan wajah dalam bantal. Mengunci pintu sehingga kedap suara. Sesenggukan berderai air mata sendirian. Rasanya sungguh menyakitkan. Kemudian aku ketikkan sebuah pesan kepada seseorang. Terkirim.

Sebuah pesan whatsapp bak cerpen ratusan mendekati ribuan kata centang dua lalu membiru. Ia mengetik. Aku berdegup melihatnya. Kuhentikan menulis pembahasan laporan praktikum mata kuliah pengetahuan bahan.  Malam itu pukul sepukul. Sebuah pesan masuk.

“Aku sebenarnya sudah tahu sejak lama. Aku sebenarnya pura-pura memejamkan mata seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Biasa saja. Sudah banyak yang cerita sama aku. Aku hanya diam saja sengaja menunggu cerita dari kamu sendiri. Karena problem seperti itu sedikit banyak ada dan akupun nggak hanya menemui masalah itu dari kamu. Aku sudah banyak menemukannya. Aku nggak memihak siapa-siapa Dek. Cuma disini itu perlu ketegasan. Kalau semua cuma pada diam memendam ya sampai kapanpun tidak akan selesai”

Degggg. Aku lemas. Dia masih mengetik….

“Bukannya sok tahu atau gimana-gimana. Masalah tadi sebenarnya bukan sebatas kalian aja yang tahu. Cuma aku hanya menunggu waktu dimana kamu cerita sama aku. Kalau aku misalnya muncul dari kemarin pakai argumenku ya nggak masuk Dek. Lah aku ini siapa? Nah, kalau ada yang sudah cerita salah satu kan bisa ditegasi salah satu. Nanti tak bantu sebisaku Dek”

Aku berlari menuju kamar. Buku laporan praktikumku terjatuh. Aku abai. Kuhempaskan tubuhku sekenanya di kasur. Dadaku serasa dihantam ribuan ton beban. Sakit. Perih. Membiru lalu sesak. Hapeku bergetar lagi.

“Banyak kok yang sudah bilang sama aku. Dilihat juga kelihatan”

Jawaban demi jawaban datang bertubi-tubi. Pukulan demi pukulan menghantam keras hatiku. Jawabannya diluar prediksi. Aku bingung. Terpekur sendirian. Entah aku yang menutup atau mereka yang tidak mau secara langsung bercerita kepadaku. Sungguh meradang. Sudah setahun lebih artinya ratusan hari, ribuan jam, jutaan detik. Ini jelas bukan waktu yang sedikit.

Aku memendam sendirian. Sementara, banyak orang disana tahu aku sedang tidak baik-baik saja. Tetapi tak ada satupun yang mau menanyakan hal tersebut padaku secara langsung. Parahnya, mereka semua tahu pokok permasalahannya. Satu diantaranya menunggu waktu aku bercerita sendiri padanya. Berbanding terbalik denganku. Aku berharap mereka tahu tanpa aku beri tahu. Sebuah garis sejajar yang tidak akan ketemu titik perpotongannya. Ternyata tidak cuma sampai sini keterkejutanku.

“Dek, kemarin ada seseorang yang bertanya padaku. Dia mencari-cari informasi tentangmu. Ya awalnya hanya basa-basi belaka. Lama kelamaan mengerucut apa yang dibicarakannya. Aku sudah menebaknya dari awal dan tidak meleset sesentipun”

Hatiku memanas. Seseorang tokoh baru memasuki ranah permasalahan batin ini. Sosok yang tidak kusangka-sangka. Nyaliku ciut mengingat aku pernah mengalami konflik batin dengan dia. Sosoknya terlalu menyeramkan untuk aku tandingi. Kata-kataku seolah tidak ada energinya ketika berhadapan dengannya. Kenapa dia bisa memasuki lingkaran ini?

Tentang masalah yang aku alami. Teka-teki yang sudah tertebak. Juga tokoh baru yang tidak kuharapkan tahu malah lebih dahulu mencari informasi tentangku. Bak benang ruwet memenuhi kepalaku. Air mataku tidak usah kau tanya lagi. Mencari hilir di penghujung malam.

Komentar

Posting Komentar