Langsung ke konten utama

Rani dan Rina


Rina dan Rani adalah kakak adik. Mereka dua bersaudara. Jarak kelahiran Rina dan Rani hanya dua tahun. Mereka berdua berkacamata. Rina berambut lurus sedangkan Rani tidak.
Suatu ketika kepemudaan kampung diminta untuk melayani tamu yang hadir di acara pernikahannya Sila. Rina dan Rani hadir memakai seragam batik kepemudaan, begitu juga yang lainnya.
“Mbak Rani, tolong ya di deretan tamu sebelah sana snacknya berjumlah tiga puluh saja ya. Orangnya sudah dihitung Ibuk kok”
“Oh iya buk, oke. Jumlahnya tiga puluh”
Rani membawa nampan berisi snack. Di ingat-ingat kembali perintah Ibu tadi. Berapa ya jumlah snack yang harus di antarkan. Empat puluh, sekelebat ide terlintas. Rani berjalan sambil berfikir. Ekspresinya pun tampak bahwa Rani sedang mengingat-ingat sesuatu.
“Rin, aku lupa. Snack yang harus ku antar tadi berjumlah berapa ya?”
“Haisss kau ini Ran, gitu aja lupa”
“Berapa to Rin? Berikan jawaban itu kepadaku. Aku harus segera mengantar snack ini Rin. Amanat woy amanat”
“Tiga puluh Ran, gitu aja masak lupa”
“Hahaha biarin kan ada kamu. Itulah fungsimu Rin”
Rani kemudian mengantar snack ke tamu undangan dengan cepat. Rina hanya bergeleng-geleng saja melihat kelakuan Rani.
***
“Alhamdulillah, hari ini bergantilah kepengurusan yang baru. Rani terpilih menjadi bendahara satu”
Suara pemuda itu mengagetkan Rani. Rani terpilih menjadi bendahara satu. Bendaharanya kepemudaan kampung. Rani yang akan bertugas mengatur uang masuk dan uang keluar. Mencatat keuangan.
“Rin, uangnya masak sisa seratus ribu. Ini uangnya siapa coba. Uangku masih utuh kok. Kayaknya nggak bercampur dengan kas pemuda deh. Hadeh, aku pusing Rin. Ini uang siapa ya? Bantu aku Rin, bantu aku”
“Coba deh diurutin pengeluaran uang dari hari ini. Pagi sampai sore ini”
“Udah Rin, tapi bener. Ini ada sisa seratus ribu Rin”
“Coba lagi Ran, hmm”
“Tadi pagi ya uang pengeluarannya untuk beli rafia, gunting kepemudaan, konsumsi, air minum. Udah itu tok Rin. Tapi ada sisa seratus ribu Rin. Punya siapa?”
Rani frustasi di depan selembar kertas juga uang yang bertebaran di kasur. Tak lupa juga Rani terus memegangi kepalanya. Rani pusing berat menelusur uang seratus ribu itu.
“Tadi, Pak RT ngasih kamu uang seratus ribu nggak Ran?”
“Ahhhhaaaa. Ketemuuuu Rin. Seratus ribu itu milik kas dari Pak RT”
Rani tersenyum bahagia. Telah berhasil menemukan kepemilikan uang seratus ribu tersebut.
***
“Loh Ran? Kenapa pulang ke rumah lagi?” Rina bertanya pada Rani.
Rani masih memakai helm masuk ke ruang tamu. Motornya dibiarkan di luar rumah namun dalam kondisi terkunci stang.
“Acaranya mulai jam sembilan di masjid Rin. Tapi, akunya ingetnya pukul delapan sampai sana. Pantesan, tadi sandal punya temen-temen perempuan nggak kelihatan. Padahal aku udah berangkat agak ngaret. Cuma terlihat sandal laki-laki aja di depan pintu masjid. Temen perempuan juga belum ada yang datang. Tak pikir-pikir ada yang aneh Rin. Aku kemudian lihat jadwal dari panitia. Setelah tak lihat jadwalnya di hape ternyata jam sembilan Rin acara pembukaannya”
“Aaaaa Rani kamu bener-bener pelupa” Rina menatap datar Rani yang tampak lesu.

Komentar