Langsung ke konten utama

Sate Lemak

Rasanya, memang ada yang janggal. Saat ditanya mau yang sapi atau ayam, aku menengok sate yang mau di bakar beliau. Hah? Dagingnya berwarna pucat semua. Daging apa ya.
Semua terjawab tatkala satu porsi disodorkannya kepadaku. Aku mengambil satu tusuk sate lalu ku gigit. Kressss. Itu lemak atau gajih salam bahasa Jawanya. Itu sate lemak. Yang dimaksud sapi atau ayam tersebut adalah lemak sapi atau lemak ayam.
Aku telan sekuat tenaga lemak ayam tersebut. Lalu dengan cepat ku makan lontongnya. Sialnya, lemak tersebut langsung bereaksi dengan lambungku. Aku ingin muntah segera. Langsung saja, kuberikan porsi sate itu kepada adikku. Adikku berbinar menerimanya.
Adikku sangat suka dengan makanan bertekstur kenyal dan alot. Seperti gajih, gorengan yang sudah lama di goreng dan teroksidasi menghasilkan gorengan dingin bertekstur kenyal. Haisss aku padahal paling tidak suka. Yap, kita saling melengkapi. Aku tidak suka dan adikku suka. Fair.
Memang, dilihat dari tampilannya dagangan ibu tersebut kurang menarik. Sehingga kurang menarik minat pembeli. Aku merasa iba juga. Tapi, aku tidak separah kawanku sekelas. Kawanku ada yang ngewawancarai narasumber sambil menangis. Menjiwai sekali ya. Sementara aku hanya menahan sesak air mata.
Sebenarnya, aku ingin kembali menemui Simbah yang menjual es gabus di wilayah tersebut. Aku menemuinya sekitar dua tahun silam. Di saat mencari narasumber juga untuk tugas menjadi reporter. Ku putari area tersebut untuk kembali menemui Simbah penjual es gabus tersebut namun tidak ada.
Ibu yang kuwawancarai tidak mau menjawab berapa modalnya. Beliau hanya bilang sedikit. Okelah, aku tidak memaksanya. Saat kutanyai di mana anaknya beliau menjawab bahwa beliau tidak punya anak. Aku terdiam.

Komentar