Langsung ke konten utama

Kirab (2)

“Tess, tess.”
Keringat terasa mengalir di punggung. Upacara kirab ini di temani sang surya yang baru senang-senangnya muncul tanpa ditutupi mega. Jam tengah dua siang coba, upacara. Padahal aku udah lama nggak upacara. Kalaupun upacara di sekolah kan pagi. Nggak bakalan sepanas tengah hari.
Padahal, aku prediksi hari itu akan hujan karena hari sebelum-sebelumnya hujan deres. Udah siap jas hujan sekali pakai juga. Ternyata, keadaan berbanding terbalik. Selama upacara, aku enggak fokus. Cuaca nya panas. Suara inspektur upacara kurang keras. Speakernya kayaknya kurang memadai bagi pendengar satu lapangan bola yang belum standar itu. Lengkap sudah.
Logistik satu kardus air mineral langsung ludes. Amazing, belum juga keliling.
“Butuh dua orang untuk membawa banner. Posisinya di depan Pak Lurah” Mas Ikhsan nyeplos begitu saja.
Pemudi tempatku yang udah syantik-syantik terdiam lama.
“Kenapa ambil punya tempat kita mas” aku menjawab.
“Padahal kan ya, pemudinya udah sedikit, pas-pasan, diambil pula untuk membawa banner. Semakin nggak ada jamaahnya” batinku.
Pamong desa yang mendengar ucapanku langsung melengang pergi. Mungkin mencari pemudi lain yang siap meninggalkan kampungnya demi membawa banner di depan Pak Lurah. Mas Ikhsan pun tak berkutik. Jiahaha. Apa kata-kataku menyinggung ya. Kayaknya enggak deh.
Setelah pamong pergi,
“Heh, punya kita nggak ada yang mau  haha” Mbak Dama menyela.
“Iyalah, ini kan pertama kali kita ikut sebagai peserta kirab bukan korlap kayak dua tahun yang lalu”
“Pokoknya solid deh haha”
Aku ketawa aja denger komentar pemudi. Sebenernya, tadi pamong desa melirik ke aku dan ipin. Tapi, si Ipin cuek. Hahaha. Aku GR sepertinya. Akhirnya, setelah sekian lama kirab akhirnya di buka juga. Yuhuuu, jalan kaki muteri desa euy. Sesuai urutan yang ditentukan panitia, kami teratur berjalan mengular. Baru kali ini aku mengikuti kirab. Dua tahun lalu, aku harus ke stasiun Tugu untuk kembali ke Solo. Saat jalan mengikuti rute, sepanjang jalan ternyata banyak pasang mata yang memperhatikan. Gilaa, jadi bahan tontonan gini. Maluuuu aku.

Komentar