Langsung ke konten utama

Kirab (1)

Adzan dzuhur bergema. Aku langsung pulang ke rumah. Mengingat waktu yang semakin sempit. Sesampainya di rumah, adikku si Ipin sudah bersiap-siap. Bersiap-siap mengisi perut. Aku pun, juga langsung menyusulnya.
Sholat sudah, makan sudah. Langsung kami bersiap-siap mengenakan kostum untuk kirab siang itu. Aku memakai rok hitam panjang yang dirangkap dengan jarik yang telah di modifikasi. Kaos seragam berwarna merah maroon. Tak lupa kerudung hitam yang diperdebatkan segitu lamanya yang udah aku ceritakan di post sebelumnya, yakni di post Rapat Kirab Budaya Bersama Jaya Waskita episode ketiga. Kacamata, oh iya, kacamata tak lupa aku pakai untuk menghalangi debu berhamburan di lapangan nanti.
Jam 12.15 aku dan Ipin sudah siap. Langsung menuju rumah pak RT. Gilaaaa, jam segini udah pada siap semua. Udah make up an semua yang pemudi. Udah pakai alis palsu, lipstick, eye shadow, juga bedak. Apa aku nya kelamaan ya di rumah. Tetiba di rumah pak RT sudah siap jalan menuju lapangan.Aku memakai sabuk dadakan juga saat itu. Mengambil tongkat bendera lalu jalan bersama teman satu RT.
Ternyata, di jalan sudah terlihat orang yang akan mengikuti kirab budaya. Super ontime. Angkat topi setinggi-tingginya. Sampai di lapangan yang panasnya huhah itu, baru ada dua pedukuhan yang hadir dari sepuluh pedukuhan. Upacara belum dimulai, namun logistik air minum berkurang drastis.
Sembari menunggu perserta lain hadir, kami berteduh terlebih dahulu. Kerudung hitam oii, tambah panas juga rasanya. Nggakpapa sih, yang penting hatinya tetep adem. Eh, mana bisa hahaha.

Komentar