Langsung ke konten utama

Fisika

Mayoritas putih abu-abu yang jurusan IPA pasti setuju. Fisika itu rumit. Sama rumitnya dengan tiba-tiba kamu membuat jarak padaku tanpa alasan. Tanpa alasan dan penjelasan apapun. Semuanya sudah jelas seperti bintang gemintang di langit malam hari. Aku menurutimu. Menjauh perlahan.
Dosen fisika yakni Pak Bayu menjelaskan bahwa fisika itu menyederhanakan. Aku dengan temen sebelahku langsung bersitatap tidak setuju. Apanya yang sederhana pak, aku tidak setuju.
“Coba kita bayangkan. Misalnya berapa lama kamu sudah menunggu? Sudah lama. Lama, ukuran yang subjektif bagi semua orang. Lamanya seberapa? Kalau menurut si A lama, kalau menurut si B itu tidak lama. Ukuran yang tidak sama bagi tiap orang. Maka, fisika menyederhanakan masalah tersebut dengan satuan. Satuan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun agar objektif”
Pagi itu, Pak Bayu datang agak terlambat. Jadwal beliau mengajar kami seharusnya tepat jam delapan teng. Jadilah, matkul fisika agak mundur dari biasanya. Wah bakalan mundur juga nih keluarnya. Materi pagi itu konversi satuan. Jangan bayangkan konversi dari kilometer ke meter. Miligram ke gram. Itu pelajaran anak SD, hihi. Satuan British yang jarang kami dengar, bahkan baru pertama kali kami dengar bermunculan. Feet, Poise, dan kawan-kawannya.
“Materi saya cukupkan sekian, selamat pagi” Pak Bayu mengakhirkan kuliah pagi itu.
“Nas, jam berapa?”
“Jam Sembilan lebih dua puluh”
Aku melihat jadwal.
“Seharusnya jam Sembilan empat puluh selesainya. Maju dua puluh menit dong haha. Padahal tadi masuknya lebih siangan” jawabku.
“Nggakpapa. I love you pak, haha”

Komentar